Jalan - Jajan Indonesia

on
9/30/2014
Indonesia. Negeri yang kaya. Bukan hanya budaya dan bahasa, tapi juga rasa...

Udah pernah denger dong ya kalo masakan daerah khas Padang, Sumatera Barat yang bernama rendang itu menjadi salah satu makanan paling nikmat sedunia. Bangga gak sih kamu jadi #orangIndonesia? Aku sih bangga...

Dibalik semua hal yang terjadi di Indonesia dalam hal hukum & politiknya. Aku sih tetep bangga jadi #orangIndonesia.

Indonesia itu kaya rasa. Seluruh penjuru nusantara punya satu makanan khas yang menggugah selera. Ya, meskipun belum pernah nyobain semua makanan khas dari setiap daerah di Indonesia, tapi gue mencintai kuliner nusantara.

Papa orang Jakarta, Mama orang Bogor. Dan makanan dari kedua daerah itu adalah favorit gue semua....

Tapi disini gue gak akan bahas semua, cuma beberapa aja. Jajanan Indonesia yang dijual di kaki lima, warung tenda, ataupun rumahan. Gak bikin kantong bolong. hehehe

Nasi uduk betawi itu enak banget. Gue gak bisa mendeskripsikan secara terperinci bahan makanan apa aja yang bikin makanan itu jadi enak. Karena gue bukan Pak Bondan Winarno yang ngerti banget soal kuliner. Gue hanya menikmati. Dan hanya kenal dua rasa, enak dan gak enak.

Kalo kamu mau nyobain nasi uduk betawi yang enak. Coba pergi ke daerah kebon kacang, tanah abang dan cobain betapa nikmatnya nasi uduk dengan ayam, tempe, dan tahu goreng. Pilihan sambelnya beragam dan semuanya enak. Tapi paling enak sambel kacangnya. Dan satu lagi yang gak boleh kelewat. Cobain juga asinan betawinya. Rasanya pas.

Buat kamu yang tinggal di daerah Bogor. Ada kok nasi uduk betawi yang juga enak. Coba pergi ke kawasan Cilendek atau ke kawasan Paledang. Disana ada nasi uduk tanah abang ( Cilendek) dan nasi uduk betawi rawa belong (Paledang). Dua-duanya enak.

Ketoprak. Udah tau kan yah ketoprak asalnya darimana? Betawi? Iya. Bumbu kacang yang diulek secara sempurna ditambah potongan lontong dan tahu serta bihun dan toge sebagai pelengkapnya bikin ketoprak jadi primadona. Untuk daerah Jakarta belum tau sih dimana penjual ketoprak yang enak. Tapi kalo di Bogor, coba mampir ke kawasan Babakan Tengah (bateng) kampus IPB Dramaga.

Doclang. Sekilas, makanan ini persis kaya ketoprak. Bedanya kalo ketoprak sambel kacangnya digiling dulu baru diulek, kalo doclang...... diapain ya. Pokoknya beda aja. Di kawasan Bogor kamu bisa nemuin pedagang doclang berjejer di kawasan jembatan merah. Gak jauh dari stasiun bogor.

Pempek. Gak perlu jauh-jauh ke Palembang untuk makan pempek. Meskipun pempek asli yang ada di Palembang jauh lebih enak dari pempek palembang yg ada di kota lain. hehe... Di daerah Tangerang ada satu pempek palembang yang enak... Namanya pempek palembang cek mala di kawasan perumnas 3, karawaci. Kalau mau kesana jangan sampe datang terlalu sore. Karena bisa dipastikan kamu gak kebagian..

Bakso. Hujan, dingin, enaknya makan yang anget dan berkuah ya. Kira-kira apa? Bakso? Boleh banget. Di kawasan perumnas 2, karawaci Tangerang ada salah satu bakso solo yang enak dan selalu ramai dikunjungi. Namanya Bakso Pakde. Harganya terjangkau, tempatnya nyaman. Dan yang paling penting, rasanyaaaaa... Di kawasan Bogor pun ada bakso yang enak. Main-main ke Bantarjati. Disana ada tiga tempat bakso yg enak. Ada bakso seseupan, bakso boboho, dan bakso gulung. Jangan banyak tanya rasa, langsung aja cobain.

Bubur Ayam. Sarapan pagi paling enak makan bubur ayam. Sore atau malampun gak kalah enak nyicipin kuliner satu ini. Lagi di Bogor? Mampir ke daerah jembatan merah. Selain tukang doclang, disana juga banyak tukang bubur betebaran. Pilih yang kamu suka.

Inimah sih gue ngebahasnya makanan daerah tapi yang jualnya di Bogor aja. Haha. Emang. Soalnya sekarang kan gue lagi tinggal di Bogor tapi ada beberapa kok di kota lain, kayak di Jakarta atau Tangerang.

Udahan dulu yaa bahas jajanan Indonesia. Nanti dipost lagi part kedua, ketiga, dan keberapun. Buat next nanti ditambahin foto biar makin kebayang enaknya...

Aku #orangIndonesia cinta #kulinerIndonesia. Kamu?



Saidah

Politik Mata Satu

on
9/29/2014
Indonesia kembali berduka, kali ini Tugu Monumen Nasional hancur lebur di tabrak oleh pesawat militer negeri sendiri. Pesawat yang diduga dibajak oleh sekelompok orang beratasnamakan Mata Satu, membuat suatu perubahan besar di negeri ini. Terlalu banyak orang yang dirugikan. Banyak nyawa nyawa tak bersalah ikut melayang. Hari itu, tanggal 29 Februari menjadi saksi negeri ini diruntuhkan pertahanannya dengan sebuah serangan fenomenal. Kilau emas Monas tak tampak lagi, hanya puing puing beton yang berserakan bercampur berjuta kesedihan. Mata Satu, biang dari segala kekacauan di negeri ini menancapkan taringnya pasca peristiwa ini, pihak militer berjuang habis-habisan menjaga kesatuan negeri. Semua masalah menjadi serius, parlemen pemerintahan dikuasai oleh mafia-mafia hukum. Negeri ini kacau balau, semua orang beragama menjadi atheis, tidak mempercayai Tuhannya lagi. Menurut mereka tidak ada yang bisa menolong sekalipun itu Tuhan. Mata Satu merajalela, Mafia Hukum tertawa gembira, rakyat jelata meronta-ronta. Mereka lupa cara berdoa, karena terlalu menderita dalam penderitaan. Negeri ini semakin hancur, lokalisasi bukanlah hal tabu. Minuman keras menjadi konsumsi publik layaknya air mineral, pembunuhan semacam kegiatan rutin tanpa lagi ada belas kasihan. Aku terbangun, dari mimpi buruk itu. Semoga itu tak pernah terjadi. Karena negeriku tidak begitu.
-Doddy Rakhmat-
Doddy Rakhmat dan Tulisan Abstraknya
#CeritaMini #PartnerInWrite #SeninPolitik

Wajah Negeri

Suasana ruang rapat riuh. Beberapa anggota parlemen berteriak setuju, beberapa lagi teriak 'huuuuu', dan yang lain sibuk menenangkan dua kubu.
Siang ini, anggota parlemen mengadakan sidang paripurna untuk memutuskan perkara pengangkatan kepala daerah.

Tak ada kawan dan lawan abadi dalam dunia politik. Mereka hanya mementingkan kepentingan partai, sesekali mementingkan kepentingan rakyat. Namun entah mana porsi yang lebih banyak. Rakyat jemu, semua isu membuat rakyat tak lagi percaya. Pada akhirnya, rakyat banyak yang tak peduli seraya berkata 'yasudahlah'.
Tentu tak semua begitu. Selalu ada yang bergerak maju, untuk kepentingan rakyat. Dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat. Mereka rela bersimbah peluh, berdesak-desakan, berteriak lantang, menjabarkan pemahaman mereka, semua demi satu tujuan ... menyampaikan aspirasi. 
Lantas, apakah mereka didengar? Entahlah, yang pasti sebelum aspirasi mereka terealisasi, mungkin itu hanya sekedar halusinasi.

Dan keputusan siang ini membuat sebagian masyarakat kecewa. Hujatan, umpatan, caci maki mewarnai setiap keputusan. Saling tuding, saling membeberkan pendapat, saling fitnah, dan segerombolan perbuatan keji lainnya.
Tak bisakah kedamaian kembali menyelimuti hati, hingga tak ada lagi sikap anarki? 
Tak bisakah bertutur kata terpuji agar tak ada yang saling membenci? 
Tak bisakah segala hina dan caci maki diredam dan membuktikan dengan kebaikan aksi?

Sungguh ironi wajah negeri ini. kata pakar politik, mengakhiri diskusi.
-



Saidah
#CeritaMini #PartnerInWrite #SeninPolitik

Yeay! saidahumaira.com

on
9/26/2014


Alhamdulillah.
Sore kemarin dapat kabar bahagia dari my partner in write @dodddod. Katanya domain saidahumaira.com sudah deregister dan tinggal menunggu pengaktifan dari rumah hosting.
I’m Really Happy. Saidah paling gak bisa nyembunyiin perasaannya. Kalo seneng ya seneng aja, gak peduli kalo mungkin agak berlebihan… hehe
Dan semua itu gak terlepas dari kebaikan rekan menulis gue, Doddy Rakhmat. Meskipun dia lagi sibuk ngejar deadline untuk mendata sesuatu tapi dia nyempetin untuk ngaturin pengaturan blog hingga akhirnya …..
Berubahlah saidahumaira.blogspot.com menjadi saidahumaira.com

Terima kasih banyak yaaa…
Semoga dengan telah resminya saidahumaira.com, gue jadi lebih produktif nulis, produktif ngeblog hehe. Dan pastinya produktif untuk menghasilkan karya proyek #CeritaMini #PartnerInWrite.

Udah segini aja ya ceritanya. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk baca.

Salam,

Saidahumaira.

Kadang, Diam Belum Tentu Emas



Sudah setahun lebih, Marni dan Ayahnya tidak bertegur sapa. Padahal keduanya hidup bersama dalam satu rumah di sudut desa Angin Semilir.
Semua itu berawal dari ulah Marni. Pernikahannya yang gagal, menjadikan ia janda liar. Sering menggoda suami orang. Berkali-kali ia didatangi istri-istri suami yang digodanya, mulai ada yang sekedar mencaci bahkan ada yang sampai memukuli.
Marni merasa dikecewakan oleh laki-laki, dia menjadi janda karena ditinggal selingkuh suaminya dengan wanita lain. Karena itu, Marni merasa ingin menyebarkan rasa sakit hatinya ke semua orang, membalas dendam.
Ayahnya sudah berulang kali menegur, tapi ia juga tidak berubah. Akhirnya ayah Marni memilih diam, tak menegur, tak bercakap-cakap bahkan tak tersenyum pada anak sematawayangnya sendiri. Menurutnya diam adalah emas. Emas yang dapat memberikan pelajaran bagi orang.
Kali ini Marni semakin menjadi-jadi, warga sudah resah dengan perbuatannya. Dan akhirnya mereka datang berbondong-bondong ke rumah Marni melakukan pengusiran. Ayahnya yang memilih diam, malah membuat warga marah semakin anarkis. Karena seperti pendapatnya tak digubris.
Marni dan Ayahnya kewalahan. Setelah sekian lama, untuk pertama kalinya Ayah Marni berkata , "Ayah Maafkan kamu, Jadilah Seorang Ibu. Berjanji Untuk Ayah"
Kata pertama dan terakhir yang Marni dengar pada saat itu, warga yang brutal melemparkan benda benda keras dan banyak menghantam Ayah Marni, dan batu besar menghantam kepalanya , maka tumbanglah Ayah Marni bersimbah darah. Darah pengorbanan untuk melindungi putrinya dalam dekapan sendiri.
Sejak saat itu Marni pergi jauh, mengasingkan diri dan memperbaiki pribadinya. Serta mendirikan Komisi Perlindungan Perempuan.
"Silence is not good enough"


-Doddy Rakhmat-
#CeritaMini #ParterInWrite #JumatReligi

Bunda, Aku Sudah Hafal Surah Yassin.



"Bunda boleh minta sesuatu? Bunda pengen Nisa hafalan surah Yassin. Anggap aja untuk hadiah ulang tahun Bunda," pinta Bunda di suatu malam.
Permintaan yang tak biasa bagiku. Namun aku tak melihat ada gelagat yang aneh dari Bunda. Mungkin itu cara Bunda untuk mengajariku pelajaran agama karena aku yang seringkali malas jika disuruh mengaji, pikirku saat itu.

Pada awalnya aku tak menghiraukan permintaan Bunda, rasa malasku terlalu berkuasa. Namun ternyata Bunda bersungguh-sungguh. Ia terus saja memintaku, hingga akhirnya aku terpaksa berkata 'ya'.

Setiap malam aku selalu membaca surah Yassin berulang-ulang kemudian menghafalnya seayat demi seayat. Jika bukan karena Bunda, aku pasti akan lebih memilih menghabiskan waktu malamku dengan membaca novel ketimbang membaca Al-Quran. Namun semuanya demi Bunda.

Besok hari ulang tahun Bunda dan hafalanku masih belum sempurna. Dan Alhamdulillah, pukul dua dini hari aku sudah bisa menghafal seluruh surah Yassin. Aku pun menghampiri Bunda, memberikan kejutan untuknya. Ku lihat Bunda tengah bersujud di atas sajadah. Lantas aku pergi ke dapur, mengambil kue tart kecil. Aku menyiapkan kue itu lalu kembali ke kamar Bunda. Ku lihat Bunda masih berada dalam posisi yang sama seperti tadi. Ah mungkin Bunda sedang khusyu, pikirku. Dan ku putuskan untuk menunggu Bunda selesai shalat dulu.

Setengah jam berlalu, Bunda masih tetap pada posisinya. Aku mendadak khawatir. Tanpa permisi aku masuk ke kamar Bunda dan ku sentuh tubuh Bunda. Tiba-tiba tubuh Bunda jatuh. Aku semakin panik. Aku takut terjadi apa-apa pada Bunda. Tanpa berpikir lama, aku pun pergi memanggil kakek yang sedang tidur pulas di kamarnya. Kakek memeriksa Bunda sejenak dan kemudian memelukku amat erat.

"Bunda telah dipanggil Allah, " kakek berkata lirih.

Sungguh aku tak percaya ini. Ya Tuhan, seketika aku langsung memeluk tubuh Bunda. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Bunda, bangun Bunda. Bunda, Nisa sudah hafal surah Yassin. Bunda bangun."
Sia-sia. Bunda tak merespon. Bunda pergi. Meninggalkan aku sendiri.

Tak pernah ku sangka, permintaan Bunda untukku menghafal surah Yassin tak hanya sekedar permintaan kado untuk ulang tahunnya, tetapi juga menjadi permintaan terakhirnya. Kini, aku sedang menangis di samping jasad Bunda, membacakan surah Yassin untuknya. Surah Yassin hafalanku.



Saidah
#CeritaMini #PartnerInWrite #JumatReligi

Monitor Tua

on
9/25/2014


Senja itu sedikit mendung, suasana kantor lengang. Hanya Diro yang masih sibuk mengutak-atik data di depan monitor. Ruangannya paling pojok menghadap langsung ke arah gudang. Gudang yang menyimpan berkas dan perkakas kantor yang sudah usang.
Monitor tua merek perusahaan komputer ternama tampak memenuhi salah satu sudut gudang. Persis menghadap ruangan Diro.
Diro adalah seorang analis data perusahaan mikro blogging, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan komputer daripada manusia.
Akhir akhir ini bisa sampai larut malam lembur di kantor, menurut Diro lebih menyenangkan tinggal di ruangan kantor yang sejuk daripada kamar kosnya yang sempit dan sumpek.
Malam itu malam minggu, bukan malam jum'at kliwon. Diro yang sedang serius di depan monitor komputernya, teralihkan dengan suara benda jatuh yang berasal dari gudang.
Untuk pertama, ia tidak mempedulikan. Kemudian terdengar bunyi yang kedua, akhirnya ia beranjak untuk mengecek.
Tidak ada yang aneh dari gudang itu, hanya monitor berdebu tampak seperti menunjukkan tanda tanda ingin menyala. Ia seka debu yang ada monitor itu, dan alangkah terkejutnya dia mendapati layar monitor yang memunculkan tulisan pada layar.
"Pergi sekarang juga"
Diro tunggang langgang, meninggalkan gudang berlari, cepat cepat ia menuju pintu keluar kantor. Lampu kantor mendadak mati, semua gelap. Menyisakan diro dan kegelapan.
Diro merasakan pusing yang luar biasa, kepalanya berputar sampai ia ingin muntah. Tiba -tiba, semua senyap. Ada satu cahaya disudut ruangan yang begitu menyilaukan, ia dekati cahaya itu. Ia melihat ruangan
Kerjanya dengan sangat jelas, orang hilir mudik sibuk kesana kemari. Ketika ia melangkah kedepan, ia terhalang kaca yang sangat besar.
Setelah memandangi sekitar dengan seksama, Diro menyadari dirinya di dalam monitor tua di gudang kantornya. Ya, ia berada di dalamnya. Dan semua orang tidak menyadari.
Diro tak pernah kembali.
Sesekali monitor itu menyala, walau tidak terhubung arus listrik.
Tulisan yang terpampang : Tolong Keluarkan Aku.


-Doddy Rakhmat-
#CeritaMini #PartnerInWrite #KamisHororMisteri

Jangan Jalan Malam Sendirian.


Sepanjang perjalanan pulang, Githa gelisah. Sesekali ia menoleh ke belakang, mencari sesuatu yang ia tak tahu apa itu. Sedari tadi ia merasa sedang diikuti. Jalanan menuju rumah kosnya semakin sepi. Pohon-pohon besar semakin menambah suasana menjadi tak nyaman.

Tiba-tiba Githa teringat pesan Aditia ketika mereka berpisah di persimpangan kampus, tentang rumah nomor 4. Githa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia tak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Sudah teramat jauh jika ia harus putar arah, sedangkan rumah kosnya sudah dekat. Githa berjalan cepat, ia tak ingin menengok ke kanan kiri. Ia hanya menatap lurus ke depan, mencoba menepiskan rasa takut yang semakin menjadi. Sial, mata Githa menangkap sesuatu yang sedari tadi ia hindari. Rumah kosong nomor 4 kini tepat berada di hadapannya. Bulu kuduknya semakin merinding. Ia kembali berjalan cepat, rumah kosnya sudah terlihat. Namun baru beberapa meter Githa melangkah, ia merasa
ada seseorang yang memanggil namanya sambil tertawa tak berhenti.

Meski takut, Githa memberanikan diri menoleh ke asal suara itu. Namun ia tak melihat ada siapa-siapa. Githa kembali berjalan, kini ia setengah berlari. Namun suara tawa itu tak juga berhenti. Githa semakin takut, ia berlari hingga tak menyadari bahwa ia telah salah arah. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba ia kembali melewati rumah nomor 4. Namun ada yang berbeda, di depan rumah itu telah berdiri perempuan tua dengan rambut putih panjang seolah telah menunggunya.

"Mampir sini neng. Pamali anak gadis jalan malam sendirian."

Githa berteriak histeris. Ia berlari menjauhi rumah itu. Ia mencoba mencoba terus berlari, meski kakinya sudah tak kuat lagi berdiri. Dan terus begitu, langkahya justru kembali membawanya ke rumah no. 4. Dan nenek itu masih terus disana, mengucapkan kata-kata yang sama. Hingga akhirnya Gita menyerah. Ia pasrah. Ia sudah tak mampu lagi berjalan. Nenek itu seolah menang, ia merangkul Githa dan menuntunnya masuk ke rumah tua. Meski enggan, Githa merasa tubuhnya kaku dan ia tak bisa melawan. Githa pasrah, ia tak ingin membuka matanya. Ia takut. Dan ketika tinggal selangkah lagi ia masuk ke rumah tua itu, suara adzan subuh berkumandang. Githa memberanikan diri membuka mata dan ia dapati ia tidur di sebuah areal kuburan.



Saidah
#CeritaMini #PartnerInWrite #KamisHororMisteri