Wajah Negeri

on
9/29/2014
Suasana ruang rapat riuh. Beberapa anggota parlemen berteriak setuju, beberapa lagi teriak 'huuuuu', dan yang lain sibuk menenangkan dua kubu.
Siang ini, anggota parlemen mengadakan sidang paripurna untuk memutuskan perkara pengangkatan kepala daerah.

Tak ada kawan dan lawan abadi dalam dunia politik. Mereka hanya mementingkan kepentingan partai, sesekali mementingkan kepentingan rakyat. Namun entah mana porsi yang lebih banyak. Rakyat jemu, semua isu membuat rakyat tak lagi percaya. Pada akhirnya, rakyat banyak yang tak peduli seraya berkata 'yasudahlah'.
Tentu tak semua begitu. Selalu ada yang bergerak maju, untuk kepentingan rakyat. Dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat. Mereka rela bersimbah peluh, berdesak-desakan, berteriak lantang, menjabarkan pemahaman mereka, semua demi satu tujuan ... menyampaikan aspirasi. 
Lantas, apakah mereka didengar? Entahlah, yang pasti sebelum aspirasi mereka terealisasi, mungkin itu hanya sekedar halusinasi.

Dan keputusan siang ini membuat sebagian masyarakat kecewa. Hujatan, umpatan, caci maki mewarnai setiap keputusan. Saling tuding, saling membeberkan pendapat, saling fitnah, dan segerombolan perbuatan keji lainnya.
Tak bisakah kedamaian kembali menyelimuti hati, hingga tak ada lagi sikap anarki? 
Tak bisakah bertutur kata terpuji agar tak ada yang saling membenci? 
Tak bisakah segala hina dan caci maki diredam dan membuktikan dengan kebaikan aksi?

Sungguh ironi wajah negeri ini. kata pakar politik, mengakhiri diskusi.
-



Saidah
#CeritaMini #PartnerInWrite #SeninPolitik
Be First to Post Comment !
Posting Komentar