Semasa kecil sering bersama. Bermain, bercanda. Sekarang gak
kerasa, kita sudah beranjak dewasa...
Menyaksikan seseorang yang dekat sama kita menikah rasanya bahagia
sekaligus iri... Kepala langsung berimajinasi.. Dalam hati terungkap pertanyaan...
Kapan ya yang duduk di hadapan penghulu itu saya?
Rasanya mau segera merasakan moment terindah, tersakral, sekaligus
terberat dalam hidup... Menikah.
Kenapa berat? Berat bukan karena setengah hati tetapi karena
justru semuanya harus dipersiapkan, apalagi hati dan mental. Karena pernikahan bukan
perkara bersama hari ini tapi hingga nanti sampai mati.
Kesiapan mental adalah hal yang paling utama. Kadang banyak orang
yang hanya 'ingin' menikah tapi dalam hati sebetulnya belum siap untuk menuju gerbang
baru tersebut.
Karena setelah ijab kabul terucap, tak hanya status baru yang
melekat. Tetapi tugas baru, kewajiban baru, dan pengabdian baru yang tak boleh terlewat.
Menikah bukan hanya karena cinta dan memiliki selamanya. Tetapi
menikah untuk saling membahagiakan, saling melaksanakan kewajiban, saling mengingatkan
jika melakukan kesalahan, saling melengkapi dan menutupi kekurangan. Yang terpenting
saling berkolaborasi, memiliki visi misi yang sama dalam hidup. Tentang membimbing
pasangan sesuai ajaran agama agar sakinah mawadah warahmah terasa dalam rumah tangga.
Semua rasanya begitu membahagiakan dalam bayangan. Meskipun tak
selalu begitu dalam kenyataan. Menikah adalah ibadah yang menyenangkan, begitu kata
yang sudah berpengalaman.
Rasa itu begitu menggebu dalam hati... Semoga diindahkan dalam
menanti, hingga tiba waktu yang dipilikan Illahi...
Bertemu dia yang pantas menjadi suami dan terucap janji suci..
Saidah
Be First to Post Comment !
Posting Komentar