Aku bingung dengan hukum negeri ini. Sungguh benar-benar negeri
primitif. Tak kurasa kan keadilan disini, yang ada intimidasi yang begitu menghimpit.
Kemiskinan seakan begitu najis untuk dibela. Sedangkan mereka yang berharta bisa
ongkang-ongkang kaki menujuk para pengacara untuk membela. Dimana letak keadilannya?
Harta kamikah yang menjadi pembeda? Hingga menjadi pembeda dalam berhukum dan berkeadilan?
Ibuku, ia telah renta. Kami tak punya apa-apa yang berharga.
Untuk makan sehari-hari kami harus banting tulang dari pagi hingga senja. Tak jarang
kami hanya makan sekali dalam sehari. Ibuku, ia wanita sholeh. Namun setan telah
mengusik hatinya lewat suara perut kelaparan. Dengan terpaksa ibu mengambil beberapa
ikat daun bayam untuk jadi santapan kami hari itu. Ibu tak memberitahu aku darimana
ia dapatkan bayam segar itu. Aku tak menyadari bahwa beberapa ikat bayam menjadi
malapetaka bagi kami.
Pak Karun, pemilik kebun sayuran yang ibu masuki tanpa izin tak
terima bayamnya diambil oleh ibu. Meski sudah bersujud minta maaf tetap saja orang
kaya congak itu tak memaafkan ibu, bahkan melaporkan kasus pencurian kecil ini ke
pihak berwajib. Sungguh apa ini adil? Dimana mata dan nurani?
Anak mana yang tega melihat ibunya harus berurusan pada polisi.
Kasus ibu bukan kasus kelas berat, tak bisakah dimaafkan saja? Kata polisi kasus
pencurian sama saja meskipun yang dicuri hanya sebatang kayu, jika pemiliknya tak
rela kami bisa dipenjara. Aku merintih dan terus merintih. Sungguh dimana nurani?
Mengapa orang kaya itu tak kasihan pada kami? Hanya dua ikat bayam bukankah tak
begitu berarti bagi dirinya yang sudah memiliki segala? Lalu benarkah ini adil?
Jika ibu divonis penjara lima tahun hanya karena dua ikat bayam yang bahkan seikatnya
saja sudah kami kembalikan. Lalu para koruptor yang telah mencuri uang negara triliunan
rupiah bahkan mendapat masa hukuman lebih ringan dari ibu. Sungguh, dimana nurani?
Dimana keadilan? Tak ku temukan disini.
Saidah
#PartnerInWrite #CeritaMini #SeninHukum
Be First to Post Comment !
Posting Komentar