2023, 안녕!

on
1/25/2023


Resolusi Ibu Muda Anak Satu, Masih Bisakah Menggapai Mimpi?




            Dilihat dari judulnya kayak yang “wah berat nih”, but yeaaah… emang berat. Ngomongin soal mimpi emang gak ada yang mudah kan? Ya meskipun sesimple mimpi random sederhana pengen warnain rambut aja, buatku, itu gak mudah. Bertahun-tahun izin sama orang tua selalu ditolak sampai akhirnya izinku berpindah ke tangan suami. Butuh 29 tahun untuk mimpi sederhana itu terwujud. Ya, kalau diitung dari kapan menjadi mimpinya sih, yaa 15 tahun mungkin? Aku gak inget sih kapan pastinya ada keinginan pengen warnain rambut, but sepertinya sih saat remaja ya. Dari SMA. Pun, Ketika izin udah bukan menjadi penghalang, aku butuh budget yang gak sedikit buat warnai rambut. Tahu sendiri kan perawatan ke salon habis berapa sekali treatment. Plus, aku harus nunggu waktu yang tepat karena aku langsung hamil, melahirkan, lalu menyusui. Masih ada momen menunggu yang belum tahu kapan saat itu. Dan ketika memang waktunya, saat proses coloring pun, ya gak sebentar. Sedikitnya aku butuh 6 jam untuk sampai pada titik …. YEAY NEW HAIR!

            Saat itu gimana rasanya? Happy. Aku berterima kasih berkali-kali sama suamiku karena sudah mengizinkan aku untuk bisa mewujudkan mimpi random sederhana ini. Ya gak cuma izin tentunya, tapi juga budget. Dan akuuuu beneraan seseneng itu saat rambut baruku launching. Berkali-kali ngaca, selfie, dan selalu tanya “Bagus kan? Cantik kan?” Bahkan di titik pencapaian aja aku masih butuh validasi bahwa apa yang aku lakukan patut untuk aku appreciate.

            Balik lagi ke soal mimpi. Semenjak jadi ibu, terkadang aku merasa apakah aku masih bisa punya mimpi? Apa yang kira-kira ingin aku raih. Aku gak mau selamanya hanya menjadi ibu rumah tangga. Tapi di lain waktu, ketika suamiku bertanya “Apa mimpi kamu? Apa yang pengen kamu lakuin?” di saat aku lagi lelah-lelahnya ngurus anak, pertanyaan itu menjadi kata tanya yang sedikit menyakitkan. Apakah aku harus punya mimpi? Apakah mengurus anak dengan baik dan berusaha maksimal mendampingi anak gak bisa diapresiasi? Apakah aku harus menjadi lebih dari itu agar dipandang wanita mandiri dan punya kelas? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan kontradiktif yang main peran di kepalaku. Overthinking kayaknya udah jadi makanan sehari-hari. Tergantung lagi di situasi apa.

            Sebagai anak pertama yang juga menjadi generasi roti lapis, mimpi buatku kadang bisa jadi nomor dua. Atau ya paling tidak mimpi itu harus selaras dengan jalan mencari rejeki. Setidaknya, aku merasa harus bisa menjadi teman berbagi beban finansial untuk suamiku. Lebih dari itu, aku ingin suamiku bisa kerja gak jauh-jauh. Biar bisa pelukan kalau sesak lagi datang tanpa ketuk pintu duluan.

            Karena sebentar lagi Lova akan ulang tahun yang kedua. Aku merasa sudah waktunya aku kembali (Cailah!). Sudah waktunya aku mulai bermimpi lagi. Sudah waktunya aku memiliki diriku lagi. Ya, punya mimpi sebenernya jadi momen buatku bahwa aku masih bisa berdaya dan punya anak gak menjadi penghalang. Jadi momen buatku memeluk diriku lagi. Setelah dua tahun ini aku curahkan semua untuk anakku saja. Aku belakangan. Walaupun sampai nantipun aku akan tetap belakangan, anak nomor satu. Tapi setidaknya, aku punya giliran itu. Bukannya, nanti deh (yang entah kapan).

            Satu mimpi sederhanaku, yaitu aku mau kembali masuk ke dunia menulis. Rasanya sudah hampir 2 tahun aku gak saling ngobrol ke dalam diriku, cuma saling sapa sebentar. Gak ada waktunya. Pun jika ada waktu luang lebih memilih me time dengan tidur atau nonton drakor agar bisa terhibur di tengah waktu mengurus anak. Hidup jadi ibu, penuh tantangan ya? Lelah, tapi seru. Kadang ngerasa gini-gini aja tapi ternyata wah banyak bangeeet naik turunnya.

            Jadi, aku mau mencoba merajut lagi mimpiku, yang benangnya udah sempat terurai setelah terbentuk. Meskipun gak mulai dari awal-awal banget, tapi memulai kembali sesuatu hal itu jelas butuh effort. Yang kusut harus diurai dulu, agar yang terurai bisa siap dibentuk lagi. Kalau kamu, apa mimpimu, bu? Gak perlu langsung wah dulu. Pelan-pelan aja. Mungkin, dimulai dengan ikut sebuah kursus sederhana? Atau apapun.

            Yang pasti itu akan butuh proses dan butuh pelukan serta dukungan hangat dari sekitar. Dan aku pengen jadi salah satu yang ngasih semangat itu juga. Semangat ya bu. Aku disini juga butuh teman yang bisa menyemangati. Kita pasti bisa ya, bu. Berbagi semangat dan cerita di kolom komentar yuk bu!

 

 


 

Oleh-oleh Kekinian? Talubi aja. Ada yang Enak Ngapain Beli yang Mahal?

on
8/12/2017
Yuhuuu. Sudah weekend. Saatnya liburan. Kalau weekend gini, kamu lebih senang liburan kemana gaes?

Karena aku udah di Bogor, biasanya sih aku suka ngabisin waktu liburan dengan eksplorasi kekayaan alam Bogor.

Misalnya, main basah-basahan di Curug Hejo, Sentul. Atau nyoba naik gunung yang gak seberapa tinggi, di Gunung Kapur, Ciampea. Tapi, kalau aku pribadi sih lebih milih waktu weekdays ya. Soalnya kan tahu sendiri, Bogor kalo weekend penuhnya kayak apa. Macet dimana-mana. Fiuh.

Gn.Kapur, Ciampea, Bogor.
Bagus kan?
Atau mau main air aja di Curug Hejo di Sentul?

Secara, Bogor magnetnya luar biasa. Pemandangannya bagus, udaranya segar, kulinernya pun ngeunah pisan. Siapa coba yang gak mau atur waktu jalan-jalan kesini?

Oh ya, kalau manteman lagi ke Bogor, biasanya oleh-oleh apa sih yang manteman cari dan mau bawa pulang ke rumah?

Jangan bilang bingung?! HA-HA-HA

Iya aku tahu kok, oleh-oleh Bogor sekarang loba pisan dan enak-enak, kabita jadinya. Bikin bingung dan mau borong semua kan? Tapi, berat di kantong ah kalau mau beli semua. Hehehe.

Apalagi sekarang lagi menjamur oleh-oleh kekinian ala seleb. Di Bogor aja nih ya, udah ada tiga selebritis yang buka gerai cake kekinian ala ala.

Ada yang udah nyobain?

Kalau aku sih lebih pilih ini nih.

Pilih yang mana?


Ngiler kan? Ngiler yaa?

Sahabat-sahabatku aja ku kirimin gambar ini langsung pada chat;

"MAU SAI!"

"AH, NGILER!"

"KE TANGERANG KUDU BAWA POKOKNYA!"

"KALO MAIN KE BOGOR, ANTERIN BELI KUE INI YA?!"

Nyam!

Gak nyantai banget jawabnya. Udah di-capslock pakai tanda seru pula!
Sabar ya sis. Nanti ke Tangerang, pasti aku bawain buat kalian tercintaah .



Lapis Talubi ini adalah produk baru dari Bika Bogor Talubi loh. Inovatif banget yaaa. Bika Bogor aja udah Maha Unik! Kan yang selama ini kita tahu, makanan BIKA itu ya cuma Bika Ambon dari Medan. Eh sekarang, kita bisa icipin Bika tapi khas Bogor. Uuuu, asyique.

Belum selesai takjubnya atas Bika Bogor yang syuper sekali. Tiba-tiba terbitlah lapis kekinian yang tak kalah bikin ngiler!


paling enak ditemenin teh pahit! juaraaaaa.

red velvet spesial kemerdekaan atau cokelat?

Bingung lagi ya? Ah gak usah risau dan galau gitu. Borong aja semuanya manteman, buibuk, teteh akang sadayana. Gak bikin kantong bolong kok

Kok bisa?

Iya atuh. Lapis kekinian Talubi ini menjawab segala kerisauan para pelancong yang mau beli oleh-oleh buat dibawa pulang.

Aku tahu banget kok gimana bingungnya mau beli oleh-oleh buat dibawa pulang.

Kalau beli lapis biasa kayaknya udah so last year. Udah bosen juga kan? Tiap jalan-jalan belinya itu lagi itu lagi. Tapi mau beli kue kekinian kayak punyanya selebritis gitu harganya agak menguras kocek juga.

Nih, makanya aku pilihnya lapis kekinian Talubi. Harganya? Cek sendiri ah ke outletnya. Yang aku bisa jamin, lapis kekinian ini enyak, ngeunah, dan gak bikin kantong kering. Nagih!

Lapis kekinian Talubi ini ada lima varian rasa. 

Pertama, ada lapis kekinian talubi talas original, yang ditaburi croissant di atasnya dan di dalamnya! Kalau kamu coba ini, kamu akan ngerasain kenyes-kenyesnya croissant di mulut.

Kedua, ada lapis kekinian Red Velvet Vanilla. Udah ketebak nih warnanya? Pas banget sama tema kemerdekaan.

Terus ada, lapis kekinian talas green tea (my favoooo). Bolu green tea plus taburan cookies green tea-nya bikin daku jatuh hati. 

Gak ketinggalan yang paling kekinian adalah lapis kekinian talas Oreo. Oreo mah udah terkenal enak kan? Apalagi dipaduin sama lapis talas, enaknya plus plus. 

Oh ya, satu lagi. Ada rasa talas cokelat. Buat chocolate addicted, kudu dicoba nih!

#YangLamaKunoSekarangKekinian #LapisKekinian #LapisKekinianTalubi
 
Aku sih favoritnya as always green tea! Mamaku paling suka sama yang talas cokelat. Adikku, si pemakan segala paling gak bisa disuruh milih. Semua dia makan, diabisin.

 
Green tea, favoritque!

Nah, buat manteman yang sekarang lagi baca blogku dan lagi di Bogor nih, buru-buru deh buka google maps lalu cari jalan ke arah Sholeh Iskandar, outletnya sangat mudah ditemui. Atau yang abis dari Puncak nih, belok dulu deh ke sebelahnya Vimalla Hills. Kalau udah keburu turun arah Jakarta gimana?  Mampir dululah sebentar ke jalan Padjadjaran.

Lengkapnya :

1. Jl. Padjajaran 20M, Bogor
2. Jl. Sholeh Iskandar 18B, Bogor
3. Jl. Raya Gadog Sebelah Vimalla Hills, Bogor

Selamat liburan manteman. Hati-hati di hati ya, jangan sampai salah jalan. Muter baliknya jauh, iya kalau mau diajak balikan. Kalau enggak?


Salam,

saidahumaira.

JATUH CINTA KARENA TERBIASA ITU BAHAYA?

on
7/24/2017




"Beneran?"
"Masa sih?"
"Emang tuh bener!"
"Enggak ah!"
"Apa banget dah ini!"
"Ha-ha-ha..."
Yang mana reaksi mu saat pertama kali membaca judul tulisan ini?
Tim bingung, tim udah nyaman tapi gak lanjut atau tim lulus ke pelaminan nih?
Jatuh cinta itu memang perkara paling ajaib yang pernah ada ya.
Satu senyuman dari si doi aja udah bisa bikin jantung rasanya mau copot. Dan tiba-tiba seperti ada kupu-kupu yang lagi terbang di perut. Ajaib gitu deh rasanya.
Itu baru disenyumin aja.
Gimana disapa? Diajak ngobrol?
HWA!
Oke, balik lagi ke topik tentang 'jatuh cinta karena terbiasa itu bahaya?'
Gimana menurut mu?
Menurut ku sih.....IYA.
Kenapa?
Pertama, bikin status jadi gak jelas - hubungan jadi gak enak - akan sering bilang 'CUMA'.
Hal yang umumnya terjadi adalah pada persahabatan pria dan wanita. Selalu aja akan ada kasus, salah satunya memendam perasaan. Walau mencoba baik-baik aja, tapi hati rasanya kebakaran kalau lihat dia sama yang lain. Lalu, mulailah menjadi sosok protektif dan baperan.
"Jadi selama ini kamu CUMA anggap aku sahabat?" kata si protektif dengan nada setengah kesal.
"Kenapa cemburu? Aku kan CUMA sahabat kamu," kata si baperan dengan wajah senyum yang dipaksakan.
Yang kayak gitu memangnya gak BAHAYA?
KASIHAN HATI KAMU.
Mau bahagia kok malah merasa bersalah?
Efek sampingnya apa?
Kamu akan jadi punya penyakit hati. Salah duanya ya itu, protektif dan baperan. Belum lanjutannya dari si protektif dan baperan itu.
Mau ngomong tapi takut dia jadi jauh.
Mau gak ngomong rasanya kok pedih.
Iya apa iya?
Kedua, bikin kamu ketergantungan karena terlanjur nyaman - kadang bikin kamu jadi menutup mata dengan hal lain.
Kamu dan dia dekat karena terbiasa sama-sama, nyaman, lalu 'oke kita pacaran'. Padahal sebenarnya, kamu punya kriteria untuk 'si dia' yang akan mengisi hati kamu, menjadi 'the one & only' buatmu. Lalu mulailah logika dan hatimu berdebat hebat. Lagi.
MISALNYA :
"Nyari yang bikin nyaman itu gak gampang, woi!" ucap hati.
"Tapi dia gak sesuai kriteria. Katanya mau yang rajin sholat, lah dia kan sholatnya aja masih bolong-bolong," logika bersuara.
"Nanti kan bisa berubah, dia tuh paling bisa ngertiin gue," hati tetep keukeuh.
"Dikira berubah gampang? Iya sekarang lagi sayang-sayangnya, apa yang kamu mau dia turutin. Pas lagi pudar tuh rasa gimana?" logika juga keukeuh.
"Kriteria itu gak terlalu penting!" hati jadi sewot.
"Lah dikau nyusun kriteria harus begini begitu, bukannya yang 'begini begitu' yang dikau yakini akan membuat dikau nyaman?" tanya logika.
"Iya sih, tapikan ... Kalau ketemu lagi orang kayak dia. Kalau enggak?" hati masih enggan mengalah.
"Sis, buat urusan dunia kriteria bolehlah dinego. Buat urusan akherat, aduhai tak lah. Jangan asal lah buat kriteria akherat," logika mulai nakut-nakutin.
dan teruslah begitu.
BAHAYA KAN?
Karena kalau udah telanjur nyaman, kita suka membuat pembenaran sendiri atas sikap yang keliru.
Iya emang. Hati gak (sepenuhnya) salah, karena yang nyaman emang penting. Tapi jangan sampai itu semua karena 'telanjur'.
Akhirnya malah bikin kamu jadi menutup mata.
Nyaman itu bibit cinta. Makanya kudu hati-hati. Jangan sampai dicintai karena keadaan yang 'telanjur'.
Maksudnya apa sih 'telanjur'?
Menurut KBBI online, telanjur itu artinya terlewat dari batas atau tujuan yang ditentukan.
Ya kayak kamu. Niatnya cuma teman eh kelewatan.
Memangnya mau?
Belum lagi kalau putus. Kamu masih sangat terobsesi bahwa dia adalah yang paling tepat buatmu. Kamu jadi susah move-on.
Terus gimana kamu mau membina hubungan baru?
Jangan sampai deh ya, udah sama yang baru tapi masih mikirin yang lama.
BAHAYA KAN?
Malah bikin kamu punya celah untuk gak setia. Atau malah menjerumuskan kamu ke dalam perselingkuhan. Gak mau kan?
Kok dari tadi nakutin terus sih?
Eh itu fakta loh. Bukan nakutin.
Jadi jatuh cinta karena terbiasa itu gak boleh? Gak baik atau gimana?
Jatuh cinta karena terbiasa boleh kok. Asalkan, kamu sama dia dapat membangun cinta di atas ke-telanjur-an itu.
Maksudnya gimana?
It's okay awalnya kita hanya sebatas teman. It's okay kita saling nyaman lalu memulai hubungan. Tetapi, kita harus memulai hubungan itu dengan membangun cinta. Bukan sekadar melanjutkan ke-telanjur-an itu.
Eh tapi poin paling pentingnya adalah
kamu sama dia HARUS SAMA - SAMA SINGLE YA!
JANGAN 'UDAH TERBIASA' SAMPAI JADI NYAMANYA SAMA SUAMI ORANG. JANGAN!
ITULAH BAHAYA YANG PALING HAKIKI.
*capslock gak nyantai*
Sekali lagi, ini adalah opiniku. Tapi bukan opini berdasarkan khayalan atau kekhawatiran semata ya. Ini ada kisah nyatanya. Aku hanya berusaha ambil 'inti sari'.
Udah paling aman memang jaga hati. Temenan jangan banyak baper.
Buat laki-laki :
Hey kamu, kalau udah nyaman sama temanmu dan sudah pastikan kalau dia itu SINGLE, sok gih dilamar aja. Daripada jadi bahaya mending jadi BAHAGIA.
Buat perempuan:
Kamu juga, kalau udah nyaman sama temanmu tapi dia gak kunjung ngelamar. Cukupilah perasaan itu. Tetap baik tanpa baper ya.
Eh tapi kalau kamu mau tanya ke dia tentang perasaannya biar jelas, boleh kok. Jadi kalau seumpama dia NO kan kamu jadi bisa cepat move-on. Tapi tetap elegan ya! Jangan kesel sambil ngedumel.
Iya tahu itu sulit. Tahu kok tahu. Usaha aja dulu ~
JAGA HATI itu sulit.
JAGA JARAK juga sulit.
Kamu pilih sendiri deh, sulit mana yang lebih mau kamu jalani.
Daripada sulit, mending sweet - sweet.
Gih buru lamar!

Pesawat Terbang

on
3/30/2016

Tidak ada batas antara,
kamu dan impianmu.
Melangkah saja.
Terbanglah sejauh mungkin.
Aku tidak ingin menjadi dinding,
yang menghantui jejakmu berkelana.
Mengembaralah sesukamu.
Ciptakan mimpi-mimpimu.
Jelajahi mana saja yang ingin kamu tuju.
Sungguh aku tak cemas.
Sebab, setiap pesawat terbang
akan selalu mendarat untuk pulang.
Dan aku yakin, kamu tahu.
Kemana harus mendarat pulang.
Ke aku.


Saidah

Pesantren Impian

on
3/19/2016


Sebuah pembunuhan terjadi di pesantren. Bukan hanya sekali. Namun lima kali. Mulai dari kematian Ina di toilet, Butet yang ditemukan tak bernyawa di dalam koper milik Sri, Yanti yang tiba-tiba menghilang dan ditemukan tewas di sebuah sudut pemakaman pesantren, hingga kematian Gus, sang pendiri pesantren impian, di kamarnya.

Tidak seperti novel-novel sebelumnya yang mengangkat cerita tentang perempuan, cinta, dan poligami. Kali ini, novel bunda Asma yang diangkat ke layar lebar lebih mengedepankan sisi misteri. Awal cerita yang menegangkan, disusul beragam konflik yang membuat penonton berspekulasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dan siapakah penyebab kekacauan semua ini?

Pesantren Impian, begitulah nama tempat yang terletak di sebuah pulau yang jauh dari keramaian. Pesantren impian bukanlah pesantren biasa, melainkan tempat orang-orang bermasalah untuk dibina dan mendapatkan kesempatan hidup kedua. Beragam latar belakang kejahatan atau kisah kelam santri ada di pesantren itu, mulai dari seorang pelacur online, pembunuh, pengguna narkoba dan korban pemerkosaan.


Rabu (16/03) giliran Cinema 21 Bogor Trade Mall (BTM) yang mendapat kesempatan untuk nonton bareng Pesantren Impian bersama bunda Asma Nadia, Dinda Kanya Dewi, dan Sita Nursanti. Antusiasme masyarakat cukup besar, sebab film ini memiliki daya tarik tersendiri. Film tentang pembunuhan, namun tetap tak lepas dari nilai-nilai kebaikan.

            Film ini diawali dengan terbunuhnya seorang laki-laki di sebuah kamar hotel. Meninggalkan jejak-jejak misteri yang siap diungkap oleh seorang polwan bernama Dewi. Ia menyelidiki kasus ini dan yakin mampu mengungkapnya dalam hitungan hari, dua hari. Pesantren Impian adalah tujuannya. Sebab, seseorang yang ia duga sebagai tersangka kasus pembunuhan hotel di Jakarta diketahui menjadi salah satu santri di Pesantren Impian. Ia pun akhirnya pergi ke Pesantren Impian dengan mengganti identitasnya menjadi, Enie.

            Suasana mencekam terbangun dari awal film ini dimulai. Ritmenya kian bertambah ketika terjadi pembunuhan demi pembunuhan di pesantren. Meski, orang-orang yang dicurigai sebagai tersangka pembunuhan telah ditahan, pembunuhan tetap terjadi. Klimaksnya adalah ketika ustadzah Hanum ditemukan oleh Enie telah meninggal dunia dan terbungkus kain kafan di kamarnya. Di titik ini, Enie merasa sangat gagal menjadi seorang polisi.

            Ia sempat frustasi untuk mengungkap siapa pelaku kejahatan sebenarnya dan apa motifnya? Lalu, prediksinya mengarah kepada Umar, penasihat Gus, sang pendiri pesantren, karena korban pembunuhan meninggal dunia setelah bertemu Umar. Hingga Enie mengetahui satu kebenaran yang tersembunyi bahwa pendiri pesantren yang sebenarnya adalah Umar. Dan itu semua berkaitan dengan masa lalu Umar dan perempuan bernama Jane.

            Saya belum pernah membaca Pesantren Impian versi novelnya. Hingga saya tidak mengkomparasi apa yang saya tonton dengan apa yang saya baca. Dan untuk ukuran seseorang yang belum membaca novelnya, saya cukup menikmati film Pesantren Impian hingga selesai. Dan saya berharap, ada sekuel kedua dari film ini.

Kenapa? Karena saya merasa adanya misteri yang belum benar-benar terungkap dari film ini yang menggantungkan tanya di benak saya. Dan saya merasa film ini memang belum mencapai akhir cerita.

Saya menjadi salah satu orang beruntung yang memiliki kesempatan mewawancarai bunda Asma secara langsung. Kami berbicara cukup banyak. Dan disini saya ingin menceritakan tentang film Pesantren Impian dan juga kisah dibaliknya.

            Meski dihantam film Comic 8 Casino Kings Part 2 dan Kungfu Panda, bunda Asma tetap bersyukur sebab Pesantren Impian masih bertahan di kamis ketiga setelah pemutaran perdananya awal maret lalu. Baginya, hal itu menunjukan apresiasi penikmat film terhadap film-film religi tanah air. Bahwa ternyata masih banyak penonton yang bijak memilih film yang tak hanya menyajikan sebuah tontonan yang menghibur namun juga tontonan yang menebar kebaikan dan nilai.

            Bagi bunda Asma, film bukan sekedar barang dagangan. Amat sangat disayangkan sekali jika film hanya dijadikan semata-mata untuk mengeruk keuntungan. Sebagai seorang penulis novel yang karyanya diangkat ke layar lebar, bunda Asma cukup berperan dalam film-film adaptasi novelnya. Mulai dari melihat sejauh mana perubahan yang terjadi pada skenario, mengawal proses shooting, memberi masukan saat editing, hingga sampai promosi filmnya.

            “Film bisa menjadi jembatan hidayah dan media syiar. Kalau dakwah di masjid, orang-orang yang datang ke masjid adalah orang-orang yang di dalam dirinya sudah memiliki gerakan. Tetapi dalam film, siapapun bisa menonton. Yang tidak hanya disuguhkan hiburan, namun juga nilai-nilai kebaikan.”


            Dalam film ini, meski genrenya adalah thriller. Nilai-nilai kebaikan islam tetap terlihat dan terasa. Seperti dialog-dialog antara ustadzah Hanum dan Enie yang membuat saya merenung. Tentang tugas dan rasa rindu. Sejatinya, sekalipun mendapat penyerangan teror dalam bentuk nyata, pesantren sebagai rumah kebaikan tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Tidak terganggu dengan hal-hal tersebut meski ketakutan itu ada. Menjadi tempat bagi pribadi-pribadi yang ingin hijrah untuk mendapat kesempatan baru dalam hidup.




ENI
Pesantren impian, tempat yang membuatnya sadar, dia membutuhkan Tuhan!
INONG
Allah, tak bolehkah sang pendosa mencari pengampunan? Kesalahan teramat banyak untuk dihitung.