Hijrahmu, Sudah Sampai Mana?

on
7/08/2015
Hijrahmu, sudah sampai mana??
Kenapa? Kok tiba-tiba ngomongin hijrah?

Jadi gini, Sabtu kemarin aku sempat nonton Catatan Harian Dewi Sandra eps. Shireen Sungkar. Terus besoknya, aku nonton satu jam lebih dekat dengan Oki Setiana Dewi. Dan kemudian aku terus terusan kepikiran tentang proses hijrah. Hijrahku sudah sampai mana?

Ketiga selebriti muda itu luar biasa banget! Dari sharing kemarin, aku melihat proses hijrah mereka yang gak mudah tapi berbekal keyakinan semuanya untuk Allah, mereka ada di titik saat ini. Mahsya Allah.
Setiap orang punya awal cerita hijrah yang berbeda. Seperti kak Oki Setiana Dewi yang berubah karena permintaan orang tuanya. Dalam talkshow SJLD, kak Oki cerita saat usia belia ibundanya sakit keras. Kak Oki ingin melakukan sesuatu yang bisa menolong ibunya, lalu ia bertanya "Apa yang bisa Oki lakukan untuk ibu?" dan ibunya menjawab "Ibu gak minta apa-apa. Hanya minta Oki jadi anak yang salehah". Dan dari sana kak Oki memutuskan berhijab. Karena di matanya, sudah pasti anak shaleh itu yang taat pada perintah agama, mengenakan jilbab salah satunya.

Berbeda dengan kak Oki, Shireen memutuskan berhijab dari suatu percakapan antara ia dan suaminya. Sebagai seorang imam rumah tangga, Teuku Wisnu menuntun sang istri untuk sama-sama menuju Allah. Pada awalnya Shireen beranggapan memakai hijab atau tidak sama saja, lagipula urusan itu menjadi urusan amalnya dengan Allah swt. Tetapi kalimat lembut Wisnu membuat Shireen merenung. Wisnu bilang kalau ia sangat sayang sama Shireen, ia ingin berkumpul lagi di Jannah-Nya. Wisnu gak mau wanita yang dia sayang tidak masuk surga karena tidak berhijab. Sambil berkaca-kaca Shireen bilang "Wisnu gak cuma mikirin dirinya sendiri, dia juga mikirin istrinya, keluarganya".

Kedua cerita itu membuat aku tertohok sekaligus iri. Lalu pertanyaan itu muncul terus menerus; hijrahku sudah sampai mana?

Ketika kita memutuskan berhijab, kita telah berhijrah dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Tapi proses hijrah tidak berhenti sampai disitu. Proses hijrah kita masih sangat panjang. Sangat panjang. Karena setahuku, sampai mati kita gak akan pernah mencapai sempurna. Sempurna cuma punya Allah. Kita cuma bisa terus menerus memperbaiki diri. Yang ada saat kita telah merasa perubahan kita sudah sempurna, sesungguhnya justru kita masih berada di tahap paling bawah.

Sering kali aku lalai. Sering kali aku merasa sudah lebih baik dari teman-temanku. Hanya karena aku merasa aku lebih banyak tahu tentang agama dibanding mereka. Aku diam. Diam di tempat. Aku tidak terpacu untuk belajar lebih. Aku merasa cukup. Astagfirullah. Tapi aku sadar, aku salah. Bisa jadi aku justu tidak lebih baik dari mereka. Ilmu yang aku tahu pun tidak seberapa. Masih banyak hal yang belum aku tahu, masih banyak hal yang masih belum aku mengerti.

Aku tertipu. Pandanganku terhalangi. Rasa cukup itu membuatku menjadi manusia yang tidak lebih baik. Rasa cukup itu membuatku mati. Aku lebih sering melakukan 'pembenaran', daripada mencari kebenaran. Aku lebih sering berdalih, daripada belajar dalil-dalil agama. Aku lebih sering beralasan daripada melakukan. Aku bodoh. Karena telah membiarkan diriku diam tanpa kemajuan. Aku membiarkan diriku tumpul.
Lalu mau sampai kapan? Aku membiarkan diriku tertutup tirai. Mau sampai kapan?

Perjalananku menuju Allah masih sangat jauh. Dalam hal sesederhana berhijab saja aku masih peduli pandangan manusia. Hijabku masih belum sesuai  syar'i (syariat islam). Aku masih takut komentar manusia. Aku masih haus pujian manusia. Dan aku masih peduli penilaian manusia dalam setiap amalanku.  Disadari maupun tidak disadari. Astagfirullah.

Ternyata, hijrahku masih di permukaaan. Mari kita saling doakan agar senantiasa bergerak ke arah lebih baik, menuju Allah. Pasti tidak mudah, oleh karenanya semoga Allah istiqomahkan kita.
Hijrahmu sudah sampai mana?

Ku sadari bahwa selama ini aku telah tertipu.
Tak terhitung, sudah berapa banyak alasan yang selalu menghalangi dan aku kembali terdiam. Diam di tempat.
Aku tau seharusnya sudah sedari dulu aku melangkah maju.
Bukan berdiri menunggu.
Ya Rabbi, tuntun aku, jangan biarkan aku berbalik mundur.
Ya Rabbi, bantu aku memperbaiki diri yang penuh compang camping ini. 




Saidah