on
12/28/2013
SETIAP LIKU KEHIDUPAN YANG KITA JALANI SAAT INI, TAK TERLEPAS DARI TAKDIR YANG TELAH ALLAH SWT BERIKAN UNTUK KITA.

Hati dan Nurani.




Dunia terkadang terlihat bagai ilusi
Mempermainkan segala persepsi duniawi
Membuat manusia lupa diri
Bimbang, lebih sering menghampiri
Merasuk, mengoyak-ngoyak nurani
mencabik-cabik setiap ketidakpastian
Mencari makna dalam kelam dan emosi
Sunyi, secercah cahaya Illahi menyadarkan kodrat diri
Tangis air mata jatuh satu-satu
Seiring pengakuan salah dan khilaf yang selama ini jadi belenggu
Setitik kekuatan lahir, teresap dalam jiwa
Menjadi hari baru untuk kembali meniti asa
Mencoba menjadi diri yang jauh dari alfa.
Semoga keinsyafan ini bukan hanya sekedar angan yang bertepi
Tetapi kebutuhan nurani, menjadi hamba Tuhan Pemilik Langit Bumi...

Terserah kamu saja, semoga bahagia.

on
12/25/2013


Entah aku harus merangkai kata bagaimana. Rasanya hanya sakit yang menjelma dan menohok dalam dada. Mungkin aku tidak akan sesakit ini jika kamu tidak berarti. Apakah kamu tidak sadar bahwa aku ada? Bukankah kamu yang dulu memintaku untuk hadir di kehidupanmu. Kamu hadir dengan gagah perkasa, tetapi kini pergi bagai pengecut yang tak punya jiwa ksatria. Ternyata aku yang bodoh, mau saja dengan rela menunggu kamu yang nyatanya tak pernah menghampiriku. Padahal, saat pertama kamu yang memintaku untuk ada di hari-harimu.
Aku tak habis pikir. Aku pikir kamu berbeda. Aku pikir kamu tak sama. Tapi nyatanya, kelakuanmu justru lebih menyakitkan dari yang ku bayangkan. Percuma saja aku selalu menjagamu dengan doa, bila pada akhirnya hanya untuk disia-siakan. Percuma saja aku selalu berpikiran positif tentangmu, bila pada kenyataannya kamu justru tak sebaik itu.
Jadi, apa artinya perkenalanmu dengan orang tuaku? Hm, atau mungkin kamu memang sudah terbiasa seperti itu. Menganggapnya hanya sebuah hal biasa.
Terserah kamu saja, semoga bahagia.

Apalah (Arti Menunggu)

on
12/24/2013
Telah, lama aku bertahan.
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa telah hilang ..

Sekarang aku tersadar, cinta yang ku tunggu tak kunjung datang.
Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi .....

Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa telah hilang ..

Sekarang aku tersadar, cinta yang ku tunggu tak kunjung datang.
Apalah arti aku menunngu bila kamu tak cinta lagi ...

Dahulu kaulah segalanya
Dahulu hanya dirimulah yang ada di hatiku
Namun sekarang aku mengerti, tak perlu ku menunggu sebuah cinta yang semu.

Maaf, Aku Benar-benar Meragu

on
12/23/2013
Hai, apa kabar kamu disana? Aku harap kamu selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. Oh ya bagaimana dengan aktivitasmu yang menggila itu? Semogga tidak membuatmu melupakanku. Karena sungguh aku takut kamu tak lagi menganggapku seistimewa dulu. Aku takut kamu menganggapku hanya sekedar hiasan yang mendampingi hari-harimu ketika butuh. Maaf, bukannya aku berprasangka buruk terhadapmu. Tapi sungguh, aku sangat khawatir akan hal itu. Kekhawatiran yang selalu membayangiku. Akan bagaimana akhir cerita kita? .......
Maaf, sudah lama aku tak memberi kabar padamu. Dan kamu pun seperti biasa, selalu saja menghilang seperti tak pernah ada. Kemudian, kamu nanti datang lagi dan .... pergi lagi. Bukan aku tak memaklumimu, tapi aku juga butuh dipahamimu. Pahamkah kamu bahwa aku adalah wanita? Aku tak mungkin memulainya lebih dulu. Memulai untuk membicarakan sesuatu tentang kita. Tentang kita yang mungkin saja telah terlupa olehmu. Mungkin saja. Tentang kita, tentang kisah yang entah kemana muaranya. Kamu seperti menggantungkanku. Aku mencoba untuk menunggu. Tapi ku rasa, aku sudah terlalu lama menunggumu. Kapan kamu sempatkan waktu untukku? Baik, aku paham. Aku tak akan menuntutmu.
Tahukah kamu? Sebenarnya aku lelah terus seperti ini. Lelah untuk terus menunggumu tanpa satu kepastian. Kapan kamu akan datang? Rasanya aku ingin sekali memakimu karena telah terlantarkan hatiku. Tapi tenang saja, aku tak mungkin melakukan itu. Rasanya aku ingin sekali menangis di depanmu, agar kamu tahu bahwa apa yang aku rasakan terhadapmu ini tak pernah main-main.
Mungkin, menurutmu aku begitu rumit. Ingin ini dan itu yang mungkin saja menjemukanmu. Tapi apa pernah kamu mencoba untuk sedikit saja memahamiku? Aku tak serumit itu. Itu hanya anggapanmu yang terlalu dangkal tentang sikapku. Bukankah wajar jika aku meminta perhatianmu? Karena kamu terlalu istimewa di hatiku. Tapi kini .......
Entah aku harus bersikap bagaimana lagi. Jemuku sudah tak lagi bisa kompromi. Waktuku sudah tak lagi mau menunggu. Aku sudah tak lagi bisa menyerahkan hatiku seutuhnya padamu. Maaf, jika aku memilih mendiamkanmu. Maaf, jika aku memilih untuk pergi darimu. Maaf, jika aku memilih seperti tak menjalin kedekatan denganmu. Maaf, sebenarnya aku ingin lihat kesungguhanmu. Maaf, aku benar-benar meragu.

BAGAIMANA KEHIDUPAN KITA SAAT INI BUKAN HANYA SEKEDAR KEBETULAN, TETAPI ADA YANG ALLAH SWT INGIN TUNJUKAN KEPADA KITA DENGAN CARA-NYA.

Ibu, Malaikatku.

on
12/22/2013
Ibu, wanita paling sempurna yang senantiasa memberikan segala yang terbaik untuk yang dicintainya.
Bagiku, Ibu adalah sosok penuh inspirasi.
Sosok yang mampu menenangkan ketika resah. Sosok yang mampu menguatkan ketika rapuh.
Bagiku, Ibu segalanya. Karena aku dibesarkan oleh cinta kasihnya. Tanpa lelah. Tanpa payah. Tanpa sedikitpun meyerah.
Namun, bagaimana sosok Ibu bagi mereka yang belum atau tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang Ibu? 

Inilah bait-bait puisi yang coba ku rangkai. Bukan tentang kisahku, tetapi terinspirasi dari mereka.




Meski Tak Pernah Bertemu, Ibu Tetap Malaikatku

Aku. Seorang gadis yang lahir tanpa ditemani sosok wanita cantik yang dipanggil IBU.
Wanita itu pergi ke haribaan Sang Pencipta setelah ia melihatku telah lahir dari rahimnya.
Allah lebih menyayangi wanita cantik itu, Ibuku.
Tak pernah aku tahu wajah cantikmu Ibu.
Hanya dari sebingkai kenangan yang selalu dirindukan oleh Ayah, aku tahu dirimu.
Ayah selalu menceritakan semua tentangmu, yang kadang membuatku ingin sekali Tuhan kembalikan engkau ke dunia.
Kembali untuk bertemu denganku, mencintaiku, mengasihiku, dan menemani usiaku.
Aku ingin sekali merasakan belaian lembut dan kecupan hangat darimu.
Walau aku tahu itu hanya angan-angan kosong yang tak mungkin terjadi.
Ibu, meskipun kita tidak pernah bertemu.
Tapi kau harus tahu, kau sangat mendapat tempat terindah di singasana hatiku.
Kau lebih dari malaikat yang selalu menjagaku dari kejauhan.
Kau selalu menyayangi dan mencintai aku dalam impian semuku.
Yaa, walau hanya semu.
Aku menikmati cinta kasihmu yang tak ternilai walau diukur dengan kemewahan.
Ibu, malaikatku. Aku haus akan cintamu.
Aku ingin sekali bertemu, menyapamu, memelukmu, menciummu.
Andai saja Allah bisa mengabulkan permintaanku, untuk sedetik saja berada dalam dekapanmu.
Walau tak pernah bertemu, aku selalu merindukanmu, Ibu.
Dalam mimpi kita selalu bahagia, tapi aku harus terbangun dalam realita kehidupan nyata.
Terima kasih Ibu, kau berikan kehidupan padaku walau harus ditukar dengan kepergiaanmu.


Walau kita tidak pernah bertemu, kau tetap Malaikatku.

Dan, Paris Tak Lagi Indah di Mataku

on
12/21/2013
Cinta itu berhenti di kamu.

Aku tak paham lagi. Kenapa Tuhan mengembalikan semua yang dulu pernah aku punya. Bukannya aku tidak berterima kasih. Aku hanya tak tahu bagaimana aku harus bersikap. Kamu, laki-laki pertama yang selalu tahu keajaiban-kejaiban kecil yang terjadi di hidupku. Kamu, laki-laki pertama yang selalu jadi tempat aku berbagi. Kamu, bahkan menjadi satu-satunya laki-laki yang mengisi hatiku. Berawal dari kebersamaan kita sejak kecil, kita tumbuh menjadi sahabat yang selalu melengkapi. Buatku, kamu adalah anugerah terindah dari Tuhan, setelah Mama. Hampir setiap waktu, aku habiskan bersamamu. Tanpa terbesit dalam hatiku bahwa suatu saat aku bisa saja jatuh hati. Yang terpikirkan dulu adalah bagaimana keceriaan masa kecil kita tak akan pernah hilang. Waktu itu usiaku baru 13 tahun dan kamu 15 tahun, saat Mama dan Papa kita memutuskan untuk bersatu. Ternyata cinta lebih dulu datang pada mereka. Sehingga pernikahan itu terjadi dan kini aku menjadi adikmu yang manis. Awalnya aku sangat menikmati kebersamaan kita yang jelas tak akan mungkin terpisahkan, kecuali jika Mama dan Papa tak lagi saling mencinta. Kebersamaan kita bisa terancam tak akan berlangsung lama. Namun nyatanya duniaku berubah. Semenjak kamu mulai mengenal apa itu cinta untuk yang pertama kalinya. Sebagian besar waktumu tak lagi untukku. Bahkan kamu sudah mulai tak mendengarkanku. Kamu mulai mengingkari janji untuk bersamaku, demi wanita yang sedang kamu kagumi. Aku mencoba untuk memahami. Mungkin nanti, jika aku merasakan cinta untuk yang pertama kalinya, aku akan bersikap sepertimu. Aku mencoba untuk terus menunggumu. Menunggu kamu sempatkan sedikit waktumu untukku, setidaknya untuk adik kesayanganmu. Jelas, aku cemburu. Jelas, aku iri pada wanitamu yang kini memilikimu. Kamu selalu antusias bercerita padaku tentang pujaanmu itu. Kamu masih tetap kamu, tapi aku tidak merasa hangat seperti dulu. Kebersamaan kita seperti kelabu.



Siang itu, untuk yang pertama kalinya aku menyadari. Aku menyayangimu, lebih dari sahabat. Lebih dari seorang adik. Aku menyanyangimu lebih dari itu. Entah sejak kapan. Hal yang selama ini aku takutkan kini terjadi. Perasaan kita tak lagi sama. Tapi, aku tidak bisa apa-apa. Hingga akhirnya tanpa ku sadari aku mengatakan tentang perasaanku. Dan kamu hanya diam. Kamu tidak menatapku. Aku sibuk dengan tangisku. Malam itu, kamu tidak memelukku. Tidak seperti saat-saat sebelumnya. Saat kamu selalu mampu menenangkanku dengan pelukan hangatmu itu. Setelah malam itu, kita tak lagi saling bicara. Kamu mengacuhkanku. Tak lagi ku lihat senyuman selamat pagi itu. Tak lagi aku merasakan celotehanmu saat membangunkanku. Tidak lagi. Aku tahu, perasaanku mungkin salah. Aku adikmu. Dan mungkin akan selamanya menjadi adikmu. Aku memilih untuk mematikan perasaanku. Akhirnya, meski berat, aku terima tawaran papa. Kuliah di luar negeri. Mungkin bisa membuatku melupakan perasaanku.




Empat tahun sudah aku tinggal di negeri orang. Tak sekalipun aku akan pulang sebelum hatiku seutuhnya baik. Kini, aku merasa hatiku sudah lebih baik. Jauh darimu ternyata mampu mengenyahkan segala perasaanku. Namun ....... semuanya kembali tak baik lagi. Saat kamu datang ke negeri paling romantis di dunia, ke tempat aku memijakkan kaki. Paris dan kamu. Seharusnya menjadi sebuah kombinasi yang membahagiakan. Untuk persahabatan kita. Namun kehadiranmu disini membuatku menyadari, rasaku tak sepenuhnya pergi. Aku pikir, disini kamu akan menghabiskan banyak waktumu denganku seperti saat-saat dulu. Nyatanya, aku justru melihatmu merangkul mesra seorang wanita. Dia ....... calon isterimu.


Dan,Paris tak lagi indah di mataku. 

on
12/19/2013
KITA MUNGKIN TELAH MERENCANAKAN ALUR HIDUP KITA DENGAN SEBEGITU INDAH DAN SEMPURNANYA, TETAPI TETAP RANCANGAN ALLAH YANG PALING INDAH DAN SEMPURNA.

Hujan


Aku selalu suka hujan 
Ada keindahan tersendiri dalam batin ketika air itu jatuh satu-satu dari langit
Rintik-rintiknya meninggalkan noda di tempat ia singgah
Kadang meneduhkan, kadang menyebalkan
Kadang menyakitkan, kadang merindukan
Hujan, terima kasih telah menjadi bagian dari setiap episode hidupku.


Saidah

ASIK SENDIRI.



Aku tak tahu lagi bagaimana harusnya bicara denganmu
Kau hampir tak punya waktu, terlebih untukku
Seluruh waktumu tersita dengan mimpi dan citamu
Sebenarnya aku tak pernah persoalkan itu
Hanya saja,kini aku mulai mempertanyakan rangkaian katamu dulu
Masihkah aku menjadi yang istimewa di hidupmu?
Masih adakah namaku dalam rencanamu?
Jika kamu masih saja asik sendiri, jangan salahkan jika aku memilih pergi ....



Saidah

Keputusan Yang Kau Ambil Hari Ini.

on
12/18/2013
   
"Hasil dari masa depanmu adalah keputusan yang kamu ambil hari ini". Kalimat tersebut adalah kalimat terakhir Mama yang ku tangkap mengakhiri diskusi kami siang tadi.
Kalimat sederhana itu tentu saja tidak sesederhana melakukannya. Terkadang kita begitu mudahnya mampu menguatkan orang lain, tetapi begitu sulitnya untuk menguatkan diri sendiri.
Barisan kalimat yang ditulis, tidak sesederhana kata demi kata yang tersusun hingga menjadi untaian cerita. Namun lebih dari itu, aksara kata itu bahkan mampu mengubah dunia.
Berdiskusi dengan Mama adalah salah satu hal yang aku sukai. Banyak sekali pelajaran yang bisa ku ambil untuk direnungi. Tentu pelajaran itu bukan hanya sekedar cerita semata, tetapi pernah terjadi dan menjadi pengalaman hidup berharga.
Kebenaran terkadang sulit untuk diterima, tetapi kebenaran tetap kebenaran yang tidak mungkin bisa berubah, yang tak akan lekang oleh waktu. 
Kerikil-kerikil yang kini sedang ku hadapi, tentu tidak akan pernah sama dengan bebatuan yang pernah mama dan papaku lewati. Kita hanya perlu menguatkan hati dan pikiran, agar senantiasa berada dalam jalan yang seharusnya.
Dan, barisan kalimat mama siang tadi sungguh menusuki hatiku. Benar, keputusan yang kita ambil hari ini akan menentukan masa depan kita esok hari.
Jika disederhanakan, ibarat baju yang saat ini kamu pakai, adalah hasil keputusanmu beberapa waktu yang lalu ketika membelinya.
Begitulah hidup..
Coba untuk tatap visimu, keputusan apapun yang kamu ambil, akan menentukan masa depanmu, termasuk ketika kamu tidak memutuskan apa-apa.

sumber : saidahrahmat.tumblr.com



Saidah

Diam Juga Komunikasi.

Ini bukanlah sebuah pembelaan diri saya atas sesuatu hal yang semestinya menjadi keahlian saya. Ya, saya adalah seorang ahli madya komunikasi, yang orang lain pasti akan berekspetasi bahwa saya amat sangat pintar sekali dalam hal berbicara. Namun, saya tidak demikian.
Banyak orang yang mempertanyakan jiwa ke-komunikasi-an saya. “Masa mahasiswa komunikasi kok gak pintar ngomong?”. Tetapi ketahuilah, bahwa ilmu komunikasi tidak hanya sekedar berbicara. Tulisan yang teman-teman baca sekarang ini juga sebagai bentuk komunikasi saya kepada teman-teman semua, tentu saja dengan menggunakan media, berupa blog.
Pernahkah teman-teman semua mendengar istilah “diam juga komunikasi?” Ya, bahkan ketika kita tidak melakukan apa-apa, itu juga merupakan sebuah bentuk komunikasi kita terhadap lawan bicara, dikatakan dengan komunikasi non verbal.
Sebenarnya saya sedikit gerah dengan orang yang ber-stigma negatif terhadap lulusan ilmu komunikasi yang tak pandai berbicara. Hello, semua orang memiliki bakatnya sendiri-sendiri. Kita semua tercipta unik. Bahkan seseorang yang kuliah tidak mengambil jurusan komunikasi pun bisa sangat pintar bercakap-cakap di depan umum (public speaking).
Lantas,hal ini bukan berarti menujukan kemana saja kami selama masa kuliah? Kami ada, kami mengikuti dan menikmati setiap proses ilmu yang dosen-dosen kami berikan. Tetapi jika berbicara soal bakat, tolong jangan disama-samakan apalagi dibanding-bandingkan.
Sejujurnya, saya lebih suka menulis. Dengan menulis saya merasa lebih mampu mengeksplorasi apa yang ada di pikiran dan hati saya dengan sistematis. Saya merasa lebih nyaman ketika menulis. Ada sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya bisa menulis sebuah tulisan, terlebih jika tulisan saya mendapatkan apresiasi sekecil apapun, misalnya dengan retweet di twitter.
Namun bukan berarti semua ilmu komunikasi yang saya pelajari selama kuliah menjadi sia-sia begitu saja, tentu saja tidak demikian. Ini hanya perpektif bagaimana cara menyampaikan. Dan saya lebih menyukai menyampaikan sesuatu dengan tulisan. 
Saya juga senang berbicara, tetapi tidak untuk menjadi pembicara yang menjadi ekspetasi orang awam bahwa lulusan ilmu komunikasi haruslah menjadi public speaker, host, mc, announcer, dan sejenisnya. 
Saya akan banyak berbicara dengan teman-teman saya, saya akan banyak berbicara dengan seseorang yag dekat dengan saya. Mereka yang dekat dengan saya pasti tidak setuju jika saya dikatakan pendiam, karena nyatanya saya amat sangat cerewet dengan mereka. Saya akui, saya memang tidak mudah bergaul dengan siapa saja. Saya teramat selektif dalam memilih teman, dan saya menggunakan rasa. Jika saya merasa nyaman, meskipun mereka jauh, saya akan datangi. Namun, jika saya tidak nyaman, meskipun mereka amat sangat dekat dengan saya, saya memilih diam.
Sampai saat ini saya pun sedang berlatih untuk menyesuaikan diri dengan ekspetasi orang bahwa mahasiswa komunikasi harus pandai berbicara. Ya, saya sedang  menimba ilmu dengan banyak orang. Tetapi, jangan pernah lupakan kelebihanmu. Saya merasa Allah swt memberikan saya kelebihan dalam hal menulis, dilengkapi dengan olah otak yang mampu mengimajinasikan sesuatu. Saya sangat bersyukur akan hal itu.
"Berfokuslah pada kelebihan diri maka hal itu akan mendatangkan kemajuan. Bila orang lain hanya memandang kelemahan dan kekuranagan kita, jangan ambil pusing karena sebenarnya orang itu tidak tahu apa-apa tentang diri kita. Kitalah yang paling berhak menentukan anggapan/persepsi terhadap diri kita sendiri. Kita adalah hakim agung bagi diri kita sendiri." (dikutip dari buku Bangkit, Maju, dan Raih Mimpi karya Agus Riyanto.)



Saidah

Dalam Imajiku.




Dulu kamu hanya sekedar tokoh impian dalam setiap khayalan-khayalanku.
Meski aku tahu itu hanya membuatku menjadi tawanan imajinasi.
Terkadang aku ingin mengenyahkanmu, menguburmu dalam-dalam dan menutup episode itu rapat-rapat.
Hingga akhirnya, bibirku terbungkam, tak mampu mengatakan sepatah kata apapun, ketika ku lihat kamu tak lagi sekedar fiksi atau imajinasi.
Kamu ada dalam realiti.




Saidah

Kapan Kamu Datang Lagi?



Aku sudah jemu, terus menantimu di tempat kenangan itu.
Rasanya sesak, ketika harus menyadari ... mungkinkah kamu akan datang lagi?
Mengapa harus ada pertemuan bila harus berakhir menyebalkan
Mungkinkah Tuhan mempermainkanku dengan kehadiranmu?
Membawaku bahagia hingga langit ke tujuh dan menghempasku hingga terjatuh.
Hingga di penghujung hari yang kau janjikan.

Aku masih menantimu ......
 menyematkan harap dalam pertanyaan “Kapan Kamu Datang Lagi?”


Saidah 

Pertemuan Pertama.



Sore itu, di tepi danau biru
Ku lihat sosok yang sedari tadi memerhatikanku
Ku pandangi kembali. Aku, kamu, saling lirik sembunyi.
Ingin rasanya hati ini terperangkap dalam sapa.
Namun, aku mau untuk memulai lebih dulu.
Baiknya, Tuhan menggerakan hatimu.
Membuat ragamy berjalan menujuku.
Aku tersipu, malu mau.
Saat kau ulurkan tangan menyebut namamu
Kau tatap mataku, seolah ada gejolak asmara menggebu

Pertemuan pertama denganmu, membekas mesra di hatiku.

Hangat & Nyaman

on
12/09/2013


Aku lelah.
Lelah selelahnya lelah.
Aku butuh bahu untuk bersandar.
Aku butuh tubuh untuk memeluk.
Aku butuh kehangatan itu.
Kehangatan sehangat hangatnya sebuah pelukan, kenyamanan senyaman nyamannya tempat bersandar.
Itu semua ada pada Mama.
Cara ia memelukku tidak pernah berbeda dari cara ibu-ibu lain memeluki anaknya, namun ketenangan itu begitu istimewa terasa sampai hatiku.
Aku selalu ingin berada dalam pelukan itu. Aku ingin selalu bersandar dalam bahunya.
Bukan hanya ketika kau lelah dan payah, tetapi saat aku suka cita, kepadanya pertama cerita itu ku bagi.

Untuk Mama yang tengah terlelap.
dari saya, anakmu yang tidur di pelukanmu.

Yang Tuhan Kabulkan



Aku tidak pernah menyangka, 
pertemuan kita beberapa tahun yang lalu menjadi penghubung kedekatan kita saat ini ..
Menghadirkan sebuah rasa yang ku terjemahkan bernama cinta
Yang entah darimana mulanya rasa itu bertahta ..
Aku hanya bisa merasa ada sesuatu yang indah di hatiku, yang ku yakini itu karena ada kamu ..
Kamu, rahasia Tuhan yang senantiasa ku pinta tanpa lelah
Kamu, rahasia Tuhan yang ku tahu tepat pasti tibanya ..
Dan kamu kini nyata, tak lagi menjadi rahasia ..
Kamu ada, ada di hidupku setelah sekian lama ku sebut namamu dalam doa
Kamu ada, ada mendampingiku, meski terkadang harus letih memaknai jarak yang tercipta
Kamu ada, ada bersama rinduku yang tak mendesak pertemuan antara kita.
Cukup bagiku kamu tahu bahwa aku ada.
Ada, meski kita jarang bersua …
Karena aku tahu, hati kita sedang sama-sama saling menjaga ..
Pertemuan kita setelah sekian lama membulatkan keyakinanku, bahwa kamu adalah Yang Tuhan Kabulkan ..

Cerita Kerinduan.



Suasana di balik jendela, telihat menenangkan
meski batin meronta menahan segala jerit kerinduan
apalah dayaku?
raga tak juga saling bertatapan
hanya bisa mendengar bisikan dari balik genggaman
sapaan hangatmu meluluhkan sedikit kecemasan
namun belum mampu meleburkan segala rindu dalam satu alur yang nanti akan kita ceritakan ..
rasanya, aku ingin menghabiskan lebih banyak waktuku denganmu
rasanya, aku ingin mencurahkan segala rinduku padamu
namun, yang bisa aku lakukan hanyalah mendekapmu,
mendekapmu dalam doa yang tak pernah terhenti ku panjatkan.
biarlah yang lain menertawakan rindu yang ku punya untukmu.
aku tak pernah peduli.
biarlah yang lain mengejekku karena rinduku tak jua bertemu tuannya
aku tak pernah peduli ..
biar … biar mereka tahu semuanya, bahwa kamu terlampau sangat istimewa.

Kini Aku Tahu Apa Itu Cinta Tanpa Syarat

  (semoga tidak terlambat untuk menyadarinya)
Apakah berlebihan rasanya?
Ketika aku menyebut, cinta tanpa syarat ..
Lantas, benarkah ada cinta tanpa syarat?
Yang selama ini aku tahu, jarang sekali ada manusia yang memiliki cinta yang tulus tanpa mengharap apapun dari seseorang yang dicintainya.
Terkadang hati bisa bilang “Aku akan bahagia, kalau kamu bahagia.”
Rasanya klise, apa benar hati itu tidak merasakan sakit?
Apa benar hatimu sekuat itu untuk menahan segala hal yang seharusnya sudah merapuhkanmu?
Jika memang ya? Aku salut padamu, lantas sampai kapan kamu tahan terhadap sakitnya?
Tanpa ada air mata walau setetes.
Jangan pura-pura kuat, rasa sakit yang kita rasakan justru tanda bahwa kita punya hati.
Keraguanku pada cinta tanpa syarat belum juga menemukan ujung ..
Hingga akhirnya, aku menemukannya… Ini nyata. Aku yakin kalian merasakan itu, namun sering kali tidak menyadarinya atau mungkin mengabaikannya.
Bagiku, hanya ada dua orang di muka bumi ini yang memiliki cinta tanpa syarat.
Aku tahu kamu sudah bisa menebak, siapakah mereka?
Jika tebakanmu adalah orang tua. Selamat, kamu cukup peka untuk menyadari bahwa benar cinta mereka luar biasa. TANPA SYARAT APAPUN!
Tanpa harus aku paparkan bukti-bukti yang meyakinkanmu.
Aku yakin kamu mampu merasakannya . Bahkan lebih dalam dari sekadar kata-kata ini.
Wanita mana yang mau direpotkan seumur hidupnya hanya untuk mengurusimu?
Mengurusi urusanmu yang tak sedikit. Mengurusi ini itunya kamu yang banyak mau.
Laki-laki mana yang mau susah payah mencari uang untukmu?
Untuk kau belanjakan tanpa merasa bersalah & payah.
Meski mengaku tahu mencari uang tidak mudah, tapi tetap saja kau hamburkan tanpa memikirkan keletihan ayah.
Lalu mungkin di antara kamu ada yang berkata “Siapa bilang tanpa syarat? Mereka akan meminta apa-apa dari kita ketika kita telah bekerja.”
Jika memang ya begitu. Harta yang kamu berikan tetap tidak sebanding dengan apa yang ayah & ibu berikan.
CINTA MEREKA TANPA SYARAT.
MEREKA TULUS MELAKUKAN ITU UNTUK KEBAHAGIAANMU.
Jika untuk gaji sekian rupiah saja kamu mau melaksanakan kewajiban dan mempersembahkan yang terbaik untuk kantor dan atasanmu, mengapa kamu tidak melakukannya untuk orang tuamu?
YANG MEMBERIKANMU PENDIDIKAN HINGGA KAMU LAYAK MENDAPAT GAJI SEKIAN RUPIAH ITU.
Maafkan kami, putra putrimu yang masih belum menyadari bahwa cintamu sungguh tanpa syarat, ayah & ibu.

Surat Untuk Calon Suamiku.

Teruntuk kamu, laki-laki yang kini bersemayam di hati
Aku yakin kamu tahu bahwa kamu memang bukan lelaki pertama yang memenangkan hatiku.
Tetapi, kamu adalah lelaki pertama yang memenangkan hati ayahku, hingga ia rela memberikan restunya padamu, melepaskanku untuk kau nikahi.
Ayahku adalah satu-satunya laki-laki di muka bumi ini yang teramat sangat aku cintai dan aku kasihi.
Ayahku adalah satu-satunya laki-laki tergagah, tertampan, terbaik, dan terhebat yang ada di muka bumi ini.
Namun kini, Ayah tak lagi jadi satu-satunya laki-laki.
Ada kamu, calon suamiku, calon pendamping hidupku yang juga teramat aku cintai dan aku kasihi. Yang juga teramat gagah, tampan, baik dan hebat yang ada di muka bumi ini.
Aku tahu, ayahku pasti cemburu padamu. Belum pernah dalam sejarah hidupnya, ia terkalahkan oleh sosok laki-laki yang kini akan menjadi pendamping hidup putrinya.
Aku tahu, ayah pasti khawatir, sebelum akhirnya restu itu ia berikan. Tentu banyak sekali pertimbangan hingga akhirnya kamu mampu meyakininya bahwa kamu akan memegang estafet menjadi imam bagiku.
Tentu saja akan banyak sekali nasehat yang ia berikan untukmu. Dan aku percaya, kamu tidak akan mengaggap itu sebagai sebuah ‘kecerewetan’, justru kamu menganggap itu sebagai sebuah hal yang perlu kamu ketahui untuk bekalmu membahagiakanku.
Karena kita akan hidup bersama bukan hanya sekedar sehari dua hari, sepekan dua pekan, sebulan dua bulan, ataupun setahun dua tahun, tetapi selamanya.
Hingga mata ini tak mampu lagi untuk menatap, hingga bibir ini tak mampu lagi untuk berucap, hingga telinga  ini tak mampu lagi mendengar, dan hingga nafas ini tak ada lagi ada di dalam raga.
Sepanjang waktu itu, kita akan hidup bersama. Membangun cinta yang lebih dulu jatuh pada hati kita, membangun keluarga dengan segenap rasa syukur pada-Nya, membangun istana terindah yang akan menjadi tempat kita memadu asmara.
Dan sebelum nanti tiba saatnya, ayahku berhadapan denganmu, kalian saling berjabat tangan dan menatap erat penuh makna. Sebelum ‘ijab qabul’ terucap, izinkan aku untuk belajar …
Belajar menjadi seorang istri yang baik untukmu
Yang mampu meneduhkanmu dengan lisanku, yang mampu menghangatkanmu dengan dekapanku ..
Yang mampu menemanimu tanpa lelah ketika terjatuh, yang mampu menjadi pendengar baik setiap celotehanmu ..
Yang mampu menjadi ibu yang baik untuk anak-anakmu, menjadi makmum yang taat pada keimamanmu ..
Yang mampu menjadi sahabatmu berbagi, yang mampu menjadi rivalmu untuk saling memberi yang terbaik, yang mampu menjadi partnermu bekerjasama mendidik buah cinta kita, dan yang mampu setia padamu hingga tubuh ini sama-sama menua …
Teruntuk calon suamiku,
Izinkan catatan kecil ini menjadi bukti bahwa bersatunya kita bukan karena sebuah kebetulan, tetapi sebuah perjalanan ..
Perjalanan hati dari tidak saling mengenal hingga saling tertaut karena kuasa-Nya ..
Perjalanan dua insan yang akan membangun kehidupan baru dengan ridho-Nya ..
Perjalanan itu bernama … pernikahan …

Hai Jodoh.

on
11/27/2013
Menanti bukan perkara mudah
Terlebih menanti ketetapan-Nya, janji-Nya, yang akan indah pada saatnya.
Hai Jodohku, dimana dirimu kini?
Kapankah kau datang berlabuh di hatiku dan menjadi pelabuhan terakhir cerita cintaku?
Hai calon imamku, sudah sampai dimana perjalananmu?
Adakah kini kamu sedang meniti asa menujuku?
Hai calon pendamping hidupku, sedang apa dirimu?
Adakah kamu sedang belajar menjadi teman hidup yang baik bersamaku?
Siapapun kamu, semoga saat ini kamu sedang berusaha menjemputku dengan usaha, doa, dam bimbingan dari-Nya
Siapapun kamu, disini aku menanti dengan sabar hingga tiba saatnya
Siapapun kamu, disini aku sedang menata hati, memantaskan diri, hingga siap untuk kau peristri ..
Jika telah tiba saatnya nanti, semoaga Tuhan mengukuhkan kita dalam ikatan suci yang sejati 

Tiba-tiba.

Sebelum Tuhan mempertemukan kita dalam nyata, Tuhan pernah memperkenalkanmu padaku dalam fng bukan yang pertama, tetapi kamu ciptakan rasa yang berbeda.
Tiba-tiba, aku tak ingin jadi yang banyak mau. Aku cukup mensyukuri adanya kamu dengan bagaimananya dirimu.
Saat itu, aku belum menyadari bahwa itu isyarat Tuhan untuk mendekatkanku kepada siapapun kamu.
Dalam semu aku masih meraba kehadiranmu dalam penantianku, hingga kamu hadir tak lagi dalam bayangan namun nyata dalam keindahan.
Kamu tahu, sebelum hatiku ku percayakan sempurna jatuh kepadamu. Aku sempat lelah berdiam menantikanmu.
Kamu mematak ingin jadi yang banyak menuntut. Aku cukup memantaskan diri untuk mendampingimu.
Tiba-tiba aku tak ingin jadi yang banyak diperhatikan. Aku cukup menjadi bagian dari perhatianmu.
Tiba-tiba, aku tak ingin berlama-lama berdua. Aku cukup menantimu hingga kita sama-sama siap untuk membangun sebuah keluarga.
Tuhan Maha Mengetahui yang awal dan akhir. Bahagiaku sederhana, yaitu bisa selalu bersama orang yang mencintaiku dengan sederhana.

Kembali.




Kembali.
Setelah dulu pernah memiliki dan sempat berganti dan berpindah ke lain hati.
Kini, aku memutuskan untuk kembali.
Sederhana sebenarnya, tapi selalu saja diperumit oleh pemikiran yang terkadang tak bertanggung jawab.
Bicara timpang. Hanya sebelah sisi.
Sudah sudah, ini bukan puisi.
Hanya sekedar rangkaian kata atas kembalinya aku pada platform ini.

Dulu, aku pernah disini.
Saat itu namaku 'beyond imahination' dan 'tinta cerita'.
Kemudian ku putuskan untuk sudahi mereka, menutupnya.
Dan bercinta dengan tumblr dan wordpress.

Namun aku tergoda untuk menjalin cinta lama dengan blogspot hingga ku putuskan untuk membuka lembaran baru dengannya.

Semoga berkenan.


Aku kembali.