Hai, apa kabar kamu disana? Aku harap kamu selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. Oh ya bagaimana dengan aktivitasmu yang menggila itu? Semogga tidak membuatmu melupakanku. Karena sungguh aku takut kamu tak lagi menganggapku seistimewa dulu. Aku takut kamu menganggapku hanya sekedar hiasan yang mendampingi hari-harimu ketika butuh. Maaf, bukannya aku berprasangka buruk terhadapmu. Tapi sungguh, aku sangat khawatir akan hal itu. Kekhawatiran yang selalu membayangiku. Akan bagaimana akhir cerita kita? .......
Maaf, sudah lama aku tak memberi kabar padamu. Dan kamu pun seperti biasa, selalu saja menghilang seperti tak pernah ada. Kemudian, kamu nanti datang lagi dan .... pergi lagi. Bukan aku tak memaklumimu, tapi aku juga butuh dipahamimu. Pahamkah kamu bahwa aku adalah wanita? Aku tak mungkin memulainya lebih dulu. Memulai untuk membicarakan sesuatu tentang kita. Tentang kita yang mungkin saja telah terlupa olehmu. Mungkin saja. Tentang kita, tentang kisah yang entah kemana muaranya. Kamu seperti menggantungkanku. Aku mencoba untuk menunggu. Tapi ku rasa, aku sudah terlalu lama menunggumu. Kapan kamu sempatkan waktu untukku? Baik, aku paham. Aku tak akan menuntutmu.
Tahukah kamu? Sebenarnya aku lelah terus seperti ini. Lelah untuk terus menunggumu tanpa satu kepastian. Kapan kamu akan datang? Rasanya aku ingin sekali memakimu karena telah terlantarkan hatiku. Tapi tenang saja, aku tak mungkin melakukan itu. Rasanya aku ingin sekali menangis di depanmu, agar kamu tahu bahwa apa yang aku rasakan terhadapmu ini tak pernah main-main.
Mungkin, menurutmu aku begitu rumit. Ingin ini dan itu yang mungkin saja menjemukanmu. Tapi apa pernah kamu mencoba untuk sedikit saja memahamiku? Aku tak serumit itu. Itu hanya anggapanmu yang terlalu dangkal tentang sikapku. Bukankah wajar jika aku meminta perhatianmu? Karena kamu terlalu istimewa di hatiku. Tapi kini .......
Entah aku harus bersikap bagaimana lagi. Jemuku sudah tak lagi bisa kompromi. Waktuku sudah tak lagi mau menunggu. Aku sudah tak lagi bisa menyerahkan hatiku seutuhnya padamu. Maaf, jika aku memilih mendiamkanmu. Maaf, jika aku memilih untuk pergi darimu. Maaf, jika aku memilih seperti tak menjalin kedekatan denganmu. Maaf, sebenarnya aku ingin lihat kesungguhanmu. Maaf, aku benar-benar meragu.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar