Ibu, wanita paling sempurna yang senantiasa memberikan segala yang terbaik untuk yang dicintainya.
Bagiku, Ibu adalah sosok penuh inspirasi.
Sosok yang mampu menenangkan ketika resah. Sosok yang mampu menguatkan ketika rapuh.
Bagiku, Ibu segalanya. Karena aku dibesarkan oleh cinta kasihnya. Tanpa lelah. Tanpa payah. Tanpa sedikitpun meyerah.
Namun, bagaimana sosok Ibu bagi mereka yang belum atau tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang Ibu?
Inilah bait-bait puisi yang coba ku rangkai. Bukan tentang kisahku, tetapi terinspirasi dari mereka.
Bagiku, Ibu adalah sosok penuh inspirasi.
Sosok yang mampu menenangkan ketika resah. Sosok yang mampu menguatkan ketika rapuh.
Bagiku, Ibu segalanya. Karena aku dibesarkan oleh cinta kasihnya. Tanpa lelah. Tanpa payah. Tanpa sedikitpun meyerah.
Namun, bagaimana sosok Ibu bagi mereka yang belum atau tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang Ibu?
Inilah bait-bait puisi yang coba ku rangkai. Bukan tentang kisahku, tetapi terinspirasi dari mereka.
Meski
Tak Pernah Bertemu, Ibu Tetap Malaikatku
Aku. Seorang
gadis yang lahir tanpa ditemani sosok wanita cantik yang dipanggil IBU.
Wanita itu pergi
ke haribaan Sang Pencipta setelah ia melihatku telah lahir dari rahimnya.
Allah lebih
menyayangi wanita cantik itu, Ibuku.
Tak pernah aku
tahu wajah cantikmu Ibu.
Hanya dari
sebingkai kenangan yang selalu dirindukan oleh Ayah, aku tahu dirimu.
Ayah selalu
menceritakan semua tentangmu, yang kadang membuatku ingin sekali Tuhan kembalikan engkau ke dunia.
Kembali untuk bertemu
denganku, mencintaiku, mengasihiku, dan menemani usiaku.
Aku ingin sekali
merasakan belaian lembut dan kecupan hangat darimu.
Walau aku tahu
itu hanya angan-angan kosong yang tak mungkin terjadi.
Ibu, meskipun
kita tidak pernah bertemu.
Tapi kau harus
tahu, kau sangat mendapat tempat terindah di singasana hatiku.
Kau lebih dari
malaikat yang selalu menjagaku dari kejauhan.
Kau selalu
menyayangi dan mencintai aku dalam impian semuku.
Yaa, walau hanya
semu.
Aku menikmati
cinta kasihmu yang tak ternilai walau diukur dengan kemewahan.
Ibu, malaikatku.
Aku haus akan cintamu.
Aku ingin sekali
bertemu, menyapamu, memelukmu, menciummu.
Andai saja Allah
bisa mengabulkan permintaanku, untuk sedetik saja berada dalam dekapanmu.
Walau tak pernah
bertemu, aku selalu merindukanmu, Ibu.
Dalam mimpi kita
selalu bahagia, tapi aku harus terbangun dalam realita kehidupan nyata.
Terima kasih
Ibu, kau berikan kehidupan padaku walau harus ditukar dengan kepergiaanmu.
Walau kita tidak pernah bertemu, kau
tetap Malaikatku.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar