BUKAN YANG TERCINTA.

on
4/08/2014
       “Gue gak habis pikir ya sama lo. Kenapa sih lo rela berbagi cinta?”
       “Lo bukan lagi terlalu baik Lana, tapi lo bodoh!!”
Dua kalimat itu selalu saja menghiasi hari-hariku. Dua kalimat menyakitkan itu ku dengar langsung dari sahabatku. Kini, tak ada lagi pembelaan atau bahkan dukungan, mereka sungguh menyayangkan tindakanku yang dianggap mereka sebuah kebodohan.
       “Lo tuh orang berpendidikan, Lan. Lo jauh-jauh ke Paris buat kuliah S2. Lo dapet beasiswa, lo berprestasi. Tapi, kenapa Lan, kecerdasan lo gak lo pake juga buat urusan hati?”
Rasanya duniaku runtuh. Keputusan menyakitkan yang ku pikir akan mampu ku jalani, nyatanya kian hari justru menggoreskan perih di hatiku. Tudingan-tudingan sahabatku akan kebodohanku aku akui benar. Aku terpedaya oleh cinta yang selama ini ku agungi, namun kini harus terbagi. Tidak lagi untuk aku seorang diri.

       Seluruh mungkin hanya cerita, karena pada kenyataannya tak semua yang ku inginkan mampu aku dapatkan seluruhnya. Harus ada yang dikorbankan atau mungkin dilepaskan, meski itu adalah hati sendiri. Aku memilih mengorbankan perasaanku karena aku tak mampu melepaskannya. Aku memilih merelakan hati Dion, kekasihku, terbagi. Aku merelakan diriku dicintai dengan setengah hati. Karena pengharapanku bersamanya sudah terlanjur melambung tinggi dan aku tak ingin terjatuh bersama kehampaan. Meski kini aku harus tergantung di awang-awang.

       Lima tahun yang lalu semuanya indah dan membahagiakan. Semuanya hanya milik aku dan Dion. Semuanya hanya tentang kita. Hingga aku memutuskan untuk mengambil kesempatan melanjutkan pendidikanku di negeri teromantis di dunia, Paris.  Jarak yang terbentang memisahkan kebersamaan, tak ku percaya juga mampu memisahkan perasaan Dion kepadaku. Ia jatuh cinta pada seorang wanita yang memberikan apa yang tak ku berikan padanya, waktu dan kebersamaan. Hingga perlahan wanita itu merajai tahta tertinggi hati Dion dan melengser paksa aku untuk melepaskannya. Sepulangnya ragaku ke tanah air, tak mampu memulangkan hati Dion ke rumahnya, hatiku. Aku pikir cintanya mampu bertahan. Tapi jutsru semakin luntur karena keadaan. Aku pikir ia akan memperjuangkan, tetapi justru lebih siap jika aku yang meminta melepaskan. Aku tidak ingin semua yang selama ini aku pertahankan sia-sia. Biar saja hanya Dion yang dibutakan oleh kesenangan sesaatnya dengan wanita yang menjadi selir saat aku tak ada. Karena aku percaya ia akan kembali ke dekapanku karena akulah yang tercinta di hatinya. Tapi ternyata aku salah. Aku hanya yang pertama, bukan yang tercinta. …….



Saidah