“Gue gak habis
pikir ya sama lo. Kenapa sih lo rela berbagi cinta?”
Seluruh mungkin
hanya cerita, karena pada kenyataannya tak semua yang ku inginkan mampu aku
dapatkan seluruhnya. Harus ada yang dikorbankan atau mungkin dilepaskan, meski
itu adalah hati sendiri. Aku memilih mengorbankan perasaanku karena aku tak
mampu melepaskannya. Aku memilih merelakan hati Dion, kekasihku, terbagi. Aku
merelakan diriku dicintai dengan setengah hati. Karena pengharapanku bersamanya
sudah terlanjur melambung tinggi dan aku tak ingin terjatuh bersama kehampaan.
Meski kini aku harus tergantung di awang-awang.
“Lo bukan lagi
terlalu baik Lana, tapi lo bodoh!!”
Dua kalimat itu
selalu saja menghiasi hari-hariku. Dua kalimat menyakitkan itu ku dengar
langsung dari sahabatku. Kini, tak ada lagi pembelaan atau bahkan dukungan,
mereka sungguh menyayangkan tindakanku yang dianggap mereka sebuah kebodohan.
“Lo tuh orang
berpendidikan, Lan. Lo jauh-jauh ke Paris buat kuliah S2. Lo dapet beasiswa, lo
berprestasi. Tapi, kenapa Lan, kecerdasan lo gak lo pake juga buat urusan
hati?”
Rasanya duniaku
runtuh. Keputusan menyakitkan yang ku pikir akan mampu ku jalani, nyatanya kian
hari justru menggoreskan perih di hatiku. Tudingan-tudingan sahabatku akan
kebodohanku aku akui benar. Aku terpedaya oleh cinta yang selama ini ku agungi,
namun kini harus terbagi. Tidak lagi untuk aku seorang diri.
Lima tahun yang
lalu semuanya indah dan membahagiakan. Semuanya hanya milik aku dan Dion.
Semuanya hanya tentang kita. Hingga aku memutuskan untuk mengambil kesempatan
melanjutkan pendidikanku di negeri teromantis di dunia, Paris. Jarak yang terbentang memisahkan kebersamaan,
tak ku percaya juga mampu memisahkan perasaan Dion kepadaku. Ia jatuh cinta
pada seorang wanita yang memberikan apa yang tak ku berikan padanya, waktu dan
kebersamaan. Hingga perlahan wanita itu merajai tahta tertinggi hati Dion dan
melengser paksa aku untuk melepaskannya. Sepulangnya ragaku ke tanah air, tak
mampu memulangkan hati Dion ke rumahnya, hatiku. Aku pikir cintanya mampu
bertahan. Tapi jutsru semakin luntur karena keadaan. Aku pikir ia akan
memperjuangkan, tetapi justru lebih siap jika aku yang meminta melepaskan. Aku
tidak ingin semua yang selama ini aku pertahankan sia-sia. Biar saja hanya Dion
yang dibutakan oleh kesenangan sesaatnya dengan wanita yang menjadi selir saat
aku tak ada. Karena aku percaya ia akan kembali ke dekapanku karena akulah yang
tercinta di hatinya. Tapi ternyata aku salah. Aku hanya yang pertama, bukan
yang tercinta. …….
Saidah
Saidah
Be First to Post Comment !
Posting Komentar