Cinta-Nya yang Lebih Aku Damba

on
8/25/2015
Setiap manusia punya pilihan dalam hidup, pun ketika mencintai.
Dan ini pilihanku, hargailah.
Mungkin sulit bagimu untuk terima, tidak ada apa-apa lagi di antara kita.

Aku telah memilih untuk sudahi semua. Cukup. Aku dan kamu, tidak lagi menjadi kita. Dan tidak akan ada lagi kita.
Dan ku mohon jangan kamu ungkit lagi tentang sesuatu yang pernah indah sebelumnya.
Aku telah memilih. 
Untuk menempuh jalan baru. Jalan yang berbeda dari jalanku sebelumnya. Jalan yang lebih lurus, jalan menuju-Nya.

Aku memilih meninggalkan semua apa yang pernah ku punya, apa yang pernah ku bangga, apa yang pernah ada di hidupku. Salah satunya; kamu.
Sebab aku ingin mencintai dengan cara yang diridhoi-Nya. 
Yang mendekatkanku kepada-Nya.
Karena cinta-Nya kini yang lebih aku damba.




Saidah

Aku, BAHAGIA.

on
8/19/2015
Manusia mana yang tak punya cela?
Namun meski begitu kita tak patut terus mengutuki noda
Dalam diri manusia pun tersimpan satu kilau berlian, yang kan terpancar jika kita mau tuk mencintai diri tanpa beban.


"Kamu cantik! Cantik dari hatimu," dengan riangnya girl band ini meyakinkan bahwa kita tak usah lemah karena kekurangan. Melainkan tetap tertawa renyah karena kita punya kekuatan.

Yang membuat kita remeh, bukan karena kita tidak mampu. Tapi karena kita belum mau mencoba tetapi sudah ingin kalah. Dan sebaik-baik paham adalah muhasabah. Aku tetap bisa bersinar meski tak sempurna.
Tanpa malu dan ragu-ragu akan ku tunjukan pada dunia bahwa aku mencintai apa yang ku punya, keluarga. 
Betapa mereka sebuah rahma mahal yang Allah swt dampingkan untukku tanpa ku memintanya.

Aku mencintai segala yang ada dalam diri, meski compang camping tak menarik hati. Kesyukuran adalah tanda cinta yang selalu ku terima dengan suka cita. Aku belajar dari semuanya. Aku belajar untuk menerima, bukankah takdir Tuhan pasti baik?

Tapak jalanku kadang kotor dan tak berarah,  namun dari sana aku mengerti mana yang harus ku benahi, mana yang harus ku lewati. Sebab hidup memang tak mudah, terkadang penuh dilema. Baik dan benar seringkali bertikai untuk dimenangkan. Dan pada akhirnya, kebenaran kan selalu jadi panutan.

Apapun rasa hidupku, aku tak pernah lupa untuk bahagia. Sebab, itu namaku. Saidah, BAHAGIA.


Saidah