Akhirnya, Partner in Write (part II)

on
9/10/2014
Sebelumnya sempet posting Partner In Write yang pertama…
Sekarang mau posting lagi part 2 versi lengkapnya..

Yang pertama itu versi terburu-buru karena diajak pergi sama adek. Yang ini versi sesungguhnya…. Hahaha



Punya teman yang memahami apa yang kita sukai itu rasanya bahagia…

Punya teman yang juga menyukai apa yang kita sukai itu bahagianya nambah dua kali lipet…

Punya teman yang punya ilmu dari apa yang kita sukai dan dia gak pelit untuk berbagi itu bahagianya nambah tiga kali lipet.



Sederhana banget kan buat ngerasain ‘bahagia’ itu….



Kalo kata @BriliAgung bahagia itu sesederhana nemu duit lima ribu di saku celana saat lagi bokek-bokeknya..



Kalo kata gue, bahagia itu sesederhana ditraktir gorengan dua biji saat lagi laper-lapernya..



Baiklah sekarang tinggalin Brili yang bokek dan gue yang laper.. Dan kembali kepada partner yang berada dalam lingkaran yang sama.



Punya temen itu mudah, tinggal kenalan sama samping kanan kiri pas kita lagi di suatu tempat, misalnya di acara seminar atau di stasiun saat lagi nunggu kereta barang kali. Simpel…

Lo gak perlu tahu makanan kesukaannya, film kesukaannya, dan orang yang lagi dia sukai buat bisa nyambung ngobrol. Karena  mungkin keakraban yang terasa tak lebih dari usai acara.

Itu temen atau pernah kenal aja? Ya tergantung sih, kalo ngerasa cocok bisa berhubungan lebih lanjut. Itu sih terserah kamunya aja.



Udah deh jadi ngelantur gini kan gue…



Yang pasti, menemukan partner in write bagi gue adalah seperti menemukan kembali barang kesayangan yang telah lama hilang… #lebay



Ia tapi bener loh. Rasanya seneng banget punya temen yang bisa diajak sharing, bisa ngasih petuah atau masukan, gak pelit ilmu, bisa ngasih penilaian, dan juga arahan. Ibaratnya punya temen yang bisa diajak mewujudkan mimpi bersama.

Bisa saling support, bisa saling promote. Hehehe



Buat urusan nulis ini, gak banyak temen yang bisa gue ajak berbagi.  Sahabat-sahabat gue jarang yang suka baca, makanya setiap gue minta mereka untuk kasih komen soal tulisan gue, mereka hanya bilang “Bagus Cha. Keren Sa. Ih kamu pinter banget nulisnya, dut.”

Bukannya gak bersyukur atas apresiasi mereka yang menilai baik tentang karya gue. Tapi gue juga butuh dikritik, dikasih saran dan masukan, dikasih penilaian, dikasih catatan. Karena itu jauh lebih membuat gue seneng. Alasannya? Klasik banget kok. Gue jadi bisa ‘bebenah’ buat karya gue selanjutnya, Gue jadi tahu dimana bagusnya tulisan gue, dimana gak bangetnya tulisan gue. Dan dengan begitu, gue jadi bisa nambah ilmu. Gak segitu-gitu aja. Gak ngerasa udah bagus sendiri….. Yang pasti tetap menulis  #denganhati.



Dan akhirnyaaaa ….

Setelah sekian lama hanya menilai, mengkritik, dan mengagumi tulisan gue sendiri. Gue punya partner yang bener-bener mengasyikan dalam hal menulis. Sungguh….



Dan dialah, Doddy Rakhmat. Temen satu kampus yang beda jurusan dan bertemu karena mengikuti magang BEM di kampus tercinta, IPB.  Udah hampir empat tahun yang lalu kenal tapi, baru sekarang ‘klik’ dan asyik ngomongin tulisan….



Beginilah nikmatnya menjalin hubungan baik, menjaga silaturahmi, saling sapa meski jauh…. Karena kita gak akan pernah tahu kalau ternyata mungkin salah satu temen kita ada yang membukakan jalan menuju impian kita, berjasa buat hidup kita. Atau justru jadi jodoh kita, bisa aja kan? 



Btw, terima kasih sahabat-sahabatku. Tanpa kalian hidupku pasti gak seindah ini. Tanpa kalian, mungkin hidupku akan membosankan. Hanya ada warna hitam putih dan tak lebih. Terima kasih atas warna-warna indah yang tercipta dalam kebersamaan kita. Semoga warna yang dilukiskan hanya warna-warna indah, cerah, dan penuh rona  suka cita..



“Sebab, aku tak sempurna. Aku ingin kamu ada.”





Salam,



Saidahumaira.



















2 komentar on "Akhirnya, Partner in Write (part II)"