Sebelumnya sempet posting Partner In Write yang
pertama…
Sekarang mau posting lagi part 2 versi
lengkapnya..
Yang pertama itu versi terburu-buru karena
diajak pergi sama adek. Yang ini versi sesungguhnya…. Hahaha
Punya teman yang memahami apa yang kita sukai
itu rasanya bahagia…
Punya teman yang juga menyukai apa yang kita
sukai itu bahagianya nambah dua kali lipet…
Punya teman yang punya ilmu dari apa yang kita
sukai dan dia gak pelit untuk berbagi itu bahagianya nambah tiga kali lipet.
Sederhana banget kan buat ngerasain ‘bahagia’
itu….
Kalo kata @BriliAgung bahagia itu sesederhana
nemu duit lima ribu di saku celana saat lagi bokek-bokeknya..
Kalo kata gue, bahagia itu sesederhana ditraktir
gorengan dua biji saat lagi laper-lapernya..
Baiklah sekarang tinggalin Brili yang bokek dan
gue yang laper.. Dan kembali kepada partner yang berada dalam lingkaran yang
sama.
Punya temen itu mudah, tinggal kenalan sama
samping kanan kiri pas kita lagi di suatu tempat, misalnya di acara seminar
atau di stasiun saat lagi nunggu kereta barang kali. Simpel…
Lo gak perlu tahu makanan kesukaannya, film
kesukaannya, dan orang yang lagi dia sukai buat bisa nyambung ngobrol.
Karena mungkin keakraban yang terasa tak
lebih dari usai acara.
Itu temen atau pernah kenal aja? Ya tergantung
sih, kalo ngerasa cocok bisa berhubungan lebih lanjut. Itu sih terserah kamunya
aja.
Udah deh jadi ngelantur gini kan gue…
Yang pasti, menemukan partner in write bagi gue adalah seperti menemukan kembali barang
kesayangan yang telah lama hilang… #lebay
Ia tapi bener loh. Rasanya seneng banget punya
temen yang bisa diajak sharing, bisa ngasih petuah atau masukan, gak pelit
ilmu, bisa ngasih penilaian, dan juga arahan. Ibaratnya punya temen yang bisa
diajak mewujudkan mimpi bersama.
Bisa saling support,
bisa saling promote. Hehehe
Buat urusan nulis ini, gak banyak temen yang
bisa gue ajak berbagi. Sahabat-sahabat
gue jarang yang suka baca, makanya setiap gue minta mereka untuk kasih komen
soal tulisan gue, mereka hanya bilang “Bagus Cha. Keren Sa. Ih kamu pinter
banget nulisnya, dut.”
Bukannya gak bersyukur atas apresiasi mereka
yang menilai baik tentang karya gue. Tapi gue juga butuh dikritik, dikasih
saran dan masukan, dikasih penilaian, dikasih catatan. Karena itu jauh lebih
membuat gue seneng. Alasannya? Klasik banget kok. Gue jadi bisa ‘bebenah’ buat
karya gue selanjutnya, Gue jadi tahu dimana bagusnya tulisan gue, dimana gak
bangetnya tulisan gue. Dan dengan begitu, gue jadi bisa nambah ilmu. Gak
segitu-gitu aja. Gak ngerasa udah bagus sendiri….. Yang pasti tetap
menulis #denganhati.
Dan akhirnyaaaa ….
Setelah sekian lama hanya menilai, mengkritik,
dan mengagumi tulisan gue sendiri. Gue punya partner yang bener-bener mengasyikan dalam hal menulis. Sungguh….
Dan dialah, Doddy Rakhmat. Temen satu kampus
yang beda jurusan dan bertemu karena mengikuti magang BEM di kampus tercinta,
IPB. Udah hampir empat tahun yang lalu
kenal tapi, baru sekarang ‘klik’ dan asyik ngomongin tulisan….
Beginilah nikmatnya menjalin hubungan baik,
menjaga silaturahmi, saling sapa meski jauh…. Karena kita gak akan pernah tahu
kalau ternyata mungkin salah satu temen kita ada yang membukakan jalan menuju
impian kita, berjasa buat hidup kita. Atau justru jadi jodoh kita, bisa aja
kan?
Btw, terima kasih sahabat-sahabatku. Tanpa
kalian hidupku pasti gak seindah ini. Tanpa kalian, mungkin hidupku akan
membosankan. Hanya ada warna hitam putih dan tak lebih. Terima kasih atas
warna-warna indah yang tercipta dalam kebersamaan kita. Semoga warna yang
dilukiskan hanya warna-warna indah, cerah, dan penuh rona suka cita..
“Sebab,
aku tak sempurna. Aku ingin kamu ada.”
Salam,
Saidahumaira.
Ciyeee...
BalasHapushmmm bagus kak ^^
BalasHapus