Lukas nampak buru buru mengcopy segala file file rahasia di komputer perusahaan pembuat senjata itu, data datanya itu disimpan di sebuah flash disk berwarna hitam kilat dengan logo merk di bagian atasnya.
Lukas bergegas meninggalkan ruangan komputer itu, menyelinap keluar melalui pintu darurat.
Sesampainya di parkiran ia pergi dengan motor maticnya. Sebuah motor yang tak cocok untuk seorang Lukas, sang peretas.
Kali ini misi yang ia jalankan termasuk kategori penting, meretas program jual beli senjata api ilegal. Yang terindikasi dengan adanya permainan pemerintah didalamnya.
Di kontrakan di sisi gelap kota, Lukas mulai menyalakan komputer kesayangannya. Dan memasang flashdisk yang dibawanya. Setelah beberapa saat, layar mulai berkedap kedip dengan angka angka algoritma dan bahasa pemrograman lain.
Sebuah hal sudah biasa bagi Lukas.
Di kontrakan serba putih itu, Lukas tinggal sendiri kurang lebih setahun.
Sambil jari bermain diatas keyboard, alangkah terkejutnya Lukas melihat jumlah uang masuk dari perusahaan senjata itu ke negara. Angka puluhan trilyun rupiah ternyata mengalir deras ke rekeing perusahaan itu.
Sebuah pencucian uang yang tak pernah diliput media. Nama nama pengirim biaya itu memuat tokoh tokoh penting negeri ini.
Dengan mudahnya Lukas menyebarkan informasi penting itu ke media massa secara masif. Tak ayal lagi, negeri ini menjadi heboh. Peranan sosial media sangat berpengaruh.
Dalam sekejap menjadi headline news.
Semua itu dilakukan Lukas demi mewujudkan negeri yang bersih dari korupsi, pencucian uang dan kemunafikan sistem pemerintah. Muak dengan pencitraan pemerintah dan segala jenisnya.
Lukas menjadi buronan media massa, ia pun menjadi buronan mafia hukum yang terlibat. Lukas menghilang. Menghilang begitu saja entah kemana. Mungkin ke dalam sebuah keadilan yang dicarinya.
Lukas nampak buru buru mengcopy segala file file rahasia di komputer perusahaan pembuat senjata itu, data datanya itu disimpan di sebuah flash disk berwarna hitam kilat dengan logo merk di bagian atasnya.
Lukas bergegas meninggalkan ruangan komputer itu, menyelinap keluar melalui pintu darurat.
Sesampainya di parkiran ia pergi dengan motor maticnya. Sebuah motor yang tak cocok untuk seorang Lukas, sang peretas.
Kali ini misi yang ia jalankan termasuk kategori penting, meretas program jual beli senjata api ilegal. Yang terindikasi dengan adanya permainan pemerintah didalamnya.
Di kontrakan di sisi gelap kota, Lukas mulai menyalakan komputer kesayangannya. Dan memasang flashdisk yang dibawanya. Setelah beberapa saat, layar mulai berkedap kedip dengan angka angka algoritma dan bahasa pemrograman lain.
Sebuah hal sudah biasa bagi Lukas.
Di kontrakan serba putih itu, Lukas tinggal sendiri kurang lebih setahun.
Sambil jari bermain diatas keyboard, alangkah terkejutnya Lukas melihat jumlah uang masuk dari perusahaan senjata itu ke negara. Angka puluhan trilyun rupiah ternyata mengalir deras ke rekeing perusahaan itu.
Sebuah pencucian uang yang tak pernah diliput media. Nama nama pengirim biaya itu memuat tokoh tokoh penting negeri ini.
Dengan mudahnya Lukas menyebarkan informasi penting itu ke media massa secara masif. Tak ayal lagi, negeri ini menjadi heboh. Peranan sosial media sangat berpengaruh.
Dalam sekejap menjadi headline news.
Semua itu dilakukan Lukas demi mewujudkan negeri yang bersih dari korupsi, pencucian uang dan kemunafikan sistem pemerintah. Muak dengan pencitraan pemerintah dan segala jenisnya.
Lukas menjadi buronan media massa, ia pun menjadi buronan mafia hukum yang terlibat. Lukas menghilang. Menghilang begitu saja entah kemana. Mungkin ke dalam sebuah keadilan yang dicarinya.
-Doddy Rakhmat-
#CeritaMini #PartnerInWrite #EdisiSeninHukum
Be First to Post Comment !
Posting Komentar