Mudah bagiku mengakses informasi. Tersedia lengkap di sekolah menengah atas ku. Mulai dari fasilitas internet, buku-buku terbaru dan terlengkap berjejer di rak perpustakaan dengan rapi. Baru di tahun kedua ini aku mendapatkan mata pelajaran bahasa Jepang. Kedengarannya tidak terlalu buruk, toh alat transportasi di Negara ini didominasi dari Jepang.
“Minasama, Ohayou Gozaimasu.” Seorang wanita berperawakan langsing, wajahnya manis dan berkacamata masuk ke kelas dengan sapaan itu. Kelas hanya hening terpaku padanya.
“Hai’ ! Baiklah, saya ucap salam dulu ya untuk kelas ini, Assalamu’alaikum”
Satu kelas kompak menjawab “Wa’alaikumussalam.”
“Watashi wa Endah desu. Douzu Yoroushiku.” Wajahnya berseri sekali ketika itu
“Nama Saya Endah, kalian bisa panggil Endah Sensei ya?”
Sensei adalah sebutan guru dalam bahasa Jepang. Perkenalan yang sangat apik dan membuat kami terpukau karena baru kali ini satu kelas mendapatkan mata pelajaran bahasa Jepang dengan guru seramah Endah Sensei. Bukan mata pelajaran yang sulit, aku selalu mengungguli teman-temanku dari segi tulisan Hiragana, katakana, dan Kanji. Ketiga tulisan itu mudah sekali dihafal. Yang unik dari cara pengajarannya, ia selalu memberikan reward atau hadiah bagi siapa saja yang unggul saat diberi tantangan olehnya. Kelas menjadi aktif sekali saat itu.
:.:.:
Lihat saja nilai rapor ku, satu semester mampu mendapat predikat A pada mata pelajaran bahasa Jepang. Mungkin aku mulai jatuh cinta pada negeri sakura itu. Hihi Endah Sensei selalu mengajakku pergi ke Japan Foundation menemaninya atau mewakili sekolah dalam ajang lomba pidato bahasa Jepang. Dan tau hadiahnya? Yaa ! Mudah bagi Japan Foundation memberikan liburan musim semi bagi siswa berprestasi Indonesia.
Liburan ke Jepang? Musim Semi? Dua minggu? Sounds Great ! pasti Bisa !!! gumamku dalam hati. Dua minggu menjadi persiapan singkat bagiku dengan Endah sensei yang membantu memperbaiki pidatoku. Setiap sepulang sekolah, rutin dan wajib bagiku untuk berpidato di depan Endah Sensei. Sesekali ia menyuruhku maju di depan kelas yang ia sebut sebagai latihan kala itu.
“Minasama. Konnichi wa. Watashi wa Dinda desu. Kyou no watashi no supichi wa watashi tachi no nihon go ni suite. Watashi tachi wa, ichi nensei kara san nensei made desu…..”
Itu pembukaan pidato ku. Hanya memperkenalkan diri, sedikit menjabarkan tema speech ku yang saat itu adalah bahasa Jepang di sekolah ku.
:.:.:
“Dinda san, doki doki desu ka?” Sensei meledekku, deg-degan kah? Itu maksudnya.
“Daijoubu yo.” Hanya bisa ku jawab dengan senyum sungging yang tipis kala itu. Tidak apa-apa jawabku.
“Watashi wa dekina kereba naranai Sensei. Aku pasti bisaaaa !!!” wajahku meyakinkan
“Ganbatte ne !!!” Endah Sensei mengangkat tangan kanannya yang dikepal.
Endah Sensei selalu menyemangati bahwa ajang ini bukan masalah pergi atau tidaknya ke Jepang. Tapi masalah maksimal berikan yang terbaik. Sensei tidak pernah melepas dengan genggaman eratnya di tanganku, tanda ia selalu menenangkan muridnya yang satu ini. Tiba giliranku…
Senyum, sapa, saat masuk ruangan dan ternyataaaaa !!! Jurinya asli Nihon jin (orang Jepang) semua. Ku coba tarik nafas, keluarkan kembali, tarik kembali keluarkan kembali dannn senyum !
Lima menit waktu yang lama bagiku untuk menyampaikan isi pidato kala itu. Lima menit sisanya bertanya jawab dengan juri. Ruangan ini sungguh terasa dingin sekali, padahal AC dinyalakan dengan suhu standar. Terasa sempit, padahal luas sekali. Aku merasakan bulir keringat jatuh di kening. Sambil senyum lebar ku tunggu pertanyaan dari juri.
“Dinda desu ka? Dinda san wa nihon ga suki desu ka?” Juri wanita dengan ramah bertanya, senyumnya membuat mata sipitnya seperti garis indah terpatri di wajahnya
“Hai’ Sensei ! Watashi wa nihon go ga suki desu. Nihon go wa omoshiroi desu ga tanoshii desu.” Ku jawab bahwa bahasa Jepang sangat menarik sekali dan itu yang membuat ku menyukainya.
Juri-juri memberikan senyum dan pertanyaannya hanya itu saja. Hanya itu? Hihi sudahlah yang penting sudah tampil. Endah Sensei sumringah melihat sedikit kekhawatiran di wajahku.
“Tidak apa-apa. Hasilnya kita tunggu ya ! kalau rezeki pasti akan dapat !”
Ah sensei, wajahmu selalu teduh menenangkanku.
Makan siang ini menjadi makan ter-tidak nyaman bagiku. Pengumuman diberi tahu hari itu juga. Siapa yang bisa makan dengan suasana deg-degan. Aku pun mulai berbesar hati jika memang tidak mendapatkan hadiah itu. Tiga terbaik akan dikirim ke Jepang untuk menikmati musim semi selama dua minggu di sana. Baiklah pengumuman diumumkan sesaat lagi. Seluruh peserta dari beberapa lomba lengkap duduk di aula. Setelah sambutan dari lembaga tersebut, mulai lah satu per satu dibacakan pemenangnya.
Ku harap ada namaku, ku harap namaku dibacakan, ku harap ada…
Sambil terus kuperhatikan nama-nama yang disebut. Daaannnnnnnn…..
:.:.:
“Irasha imase Indoneshia Seito!!!”
Singkat sekali rasanya baru kemarin aku berpidato. Sekarang sudah berada tepat di bawah pohon sakura. Jepang kah ini? Ah ku cubit pipiku dan sakit !! ini nyata !! ini jepang !!! Alhamdulillah…
Haru. Musim semi di Jepang. Musim suka cita, penuh cinta dan kehangatan.
Ah andai ada Endah Sensei di sini. Sudah ku pastikan musim ini menjadi musim menyenangkan. Endah sensei guru bagiku yang sudah otomatis membuatku cinta pada bahasa Jepang. Sudah membuatku berada di Jepang. Mudah baginya berkunjung ke Jepang. Endah Sensei sewaktu dulu sudah tiga kali ke Jepang. Beasiswa dan sisanya karena berlibur.
:.:.:
Ku beritahu jika suatu saat nanti kau berkunjung ke Jepang, berkunjunglah saat musim semi. Pusat kota Jepang yakni Tokyo penuh dengan kenangan. Ramai, paling terang kalau malam. Tapi satu tempat teristimewa bagiku, taman Shinjuku Gyoen. Ada 1500 pohon sakura di sana dengan luas kurang lebih 144 hektar. Melakukan hanami (rekreasi di bawah pohon sakura) bersama pemenang lainnya membuatku takjub akan keindahan lain yang telah sang Khalik ciptakan.
Arigatou… Doumo Arigatou Gozaimasu Endah Sensei…
#SeninPendidikan #PartnerInWrite
makasih gan infonya dan salam sukses
BalasHapusterimakasih bos infonya dan semoga bermanfaat
BalasHapus