Ketetapan Tuhan

on
10/17/2014
Rara depresi. Putus cinta membuatnya kehilangan iman. Harapannya terlalu melambung. Ia salah menyandarkan harapan. Pengkhiatan Jonatan akan sebuah pernikahan, membuatnya menyalahkan Tuhan.
Rara cemas, sudah lebih dari tiga puluh menit ia mondar mandir sambil menelepon seseorang, Jonatan. Penghulu sudah tak bisa menunggu, namun Jonatan masih tak terlihat di ambang pintu. Rara kesal, sekali lagi ia telepon kekasih sekaligus calon suaminya, namun tak pernah mendapat jawaban. Rara kecewa, tangisnya mulai pecah. Ia terguncang, sebab di ponselnya telah mendarat sebuah pesan. Jonatan memutuskan hubungan, membatalkan pernikahan tanpa sebuah alasan. Rara meraung, ia terlampau kecewa. Acara menjadi kacau, keluarga malu dibuatnya. Rara tak henti menangis. Ia benci keadaan ini.

Belakangan Rara baru tahu, ternyata Jonatan menikah dengan wanita lain. Yang tak lain adalah sahabat dekatnya. Rara terluka. Rasa percaya lenyap sudah. Termasuk pada Yang Maha Kuasa. Rara marah, ia pergi tanpa arah.

Sudah dua tahun ia pergi. Meninggalkan kota yang dicintainya, meninggalkan keluarganya, dan meninggalkan Tuhannya. Ia tak lagi sholat, tak lagi puasa, dan tak lagi membaca Al-Quran. Ia menjadi liar, seperti wanita jalang yang tak tahu aturan. Hatinya gersang, ia tak menemukan kebaikan dari perjalanannya. 

Hingga akhirnya, ia bertemu seorang pria sholeh. Pria itu bernama Jamal. Anak seorang saudagar kaya yang sederhana. Tak pernah disangka Rara, Jamal pun pernah bernasib sama. Bahkan ia pernah dipaksa menikahi wanita yang tengah hamil, padahal ia bukan ayahnya. Perjalanan Jamal jauh lebih menyakitkan dari Rara, tapi Jamal tetap bersyukur pada Yang Maha Kuasa. Sebab, manusia hanya mahluk. Sebab, manusia tak punya kuasa. Sebab, rencana indah hanya Tuhan yang aturkan. Sebab, Tuhan Maha Tahu Segalanya.

Perlahan, hati Rara mulai luluh. Ketegaran Jamal, kebaikan budinya, serta tutur katanya yang santun lagi shaleh membuka mata hati Rara. Membuka matanya bahwa selama ini ia telah salah langkah. Setan telah memperbudaknya, menjauhi Allah karena kecewa. Rara baru sadar, justru seharusnya ia merasa beruntung dengan nasib baik yang Tuhan anugerahkan padanya. Dijauhkan dari lelaki tak baik, didekatkan pada lelaki shaleh. Sebab, perempuan baik hanya untuk lelaki baik. Itu yang tertulis dalam ayat suci dan kini Rara yakini. Tuhan sayang padanya, dan ini caranya. Bahagia itu tentang rasa syukur dan mampu melihat sesuatu dari sisi yang berbeda serta senantiasa menerima ketetapan-Nya.


Saidah
#CeritaMini #PartnerInWrite #JumatReligi
Be First to Post Comment !
Posting Komentar