Sore itu, Aji merenungi kejadian sepuluh tahun lalu.
Hiruk pikuk ibu kota membuat Aji betah tinggal. Gajinya yang
pas pas an cukup untuk membiayai hidupnya sehari-hari, tinggal di kontrakan
kecil dibilangan Rawa Mangun. Sesekali ia sisihkan gajinya untuk mengirimi Ibu
nya di Kampung di Kalimantan. Walau tak banyak tapi ia begitu lega sudah bisa
membantu ibunya.
Suatu sore menjelang Magrib, saat Aji pulang dari tempat
kerjanya. Ia menyusuri sebuah gang kecil. Di pertengahan gang, ia mendapati
seorang ibu ibu renta yang terduduk lemas.
Aji menanyakan keadaan dan asal Ibu itu, Ibu itu pikun.
Akhirnya dengan segenap tenaga, ia gendong ibu itu mengantarkannya ke sebuah
panti jompo dekat kontrakannya.
Saat ia menggendong ibu itu, ia teringat Ibunya di kalimantan.
Semenjak hari itu, ia menganggap Ibu yang di tolongnya itu sebagai Ibu Angkat
di perantauan. Setiap hari , Ia menjenguk ke panti jompo. Membawakan makanan
ringan dan menghibur ibu pikun itu.
Sudah setahun ia melakukan rutin hal hal itu, akhirnya suatu
saat Ibu itu mengingat keluarganya. Dengan senang hati, Aji mengantarkannya ke
keluarga.
Aji sampai disuatu alamat, yang rumahnya megah. Itulah Rumah
Ibu pikun itu. Ia hanya hidup dengan seorang pembantu rumahnya.
Ternyata Ibu itu hanya berpura pura menjadi pikun. Ia hanya
ingin mencari ahli warisnya. Bukan main terkejutnya Aji, dengan ketekunan ia
yang tak berharap dibalas budi membuahkan hasil tak terduga.
Kini Aji menjadi seorang direktur perusahaan pengelola
keuangan terkemuka di Asia Tenggara. Namanya menjadi Eksekutif muda yang
diperhitungkan. Sedekah kecil tak mengharap balas budi menjadi Rezeki luar
biasa.
-Doddy Rakhmat-
#CeritaMini #PartnerInWrite #EdisiReligi
Be First to Post Comment !
Posting Komentar