Hai. Apa kabar kamu?
Basikah pertanyaanku? Semoga kamu tak jenuh membalasnya, meski sekedar menjawab 'baik'.
Hai. Kita memang berjarak.
Jawa - Sumatera jauh dalam tempuh, namun sebenarnya kamu begitu dekat. Selalu di sekitarku, tak kemana-mana.
Setiap hari, selalu ku lihat namamu dalam layar ponselku. Bukan bercakap denganku, namun dengan mereka-mereka yang menjadi penyanjungmu yang baru. Yang senantiasa memuja setiap bait-bait sajakmu. Bahkan mungkin di antara mereka yang membaca bait-baitmu, telah ada yang jatuh cinta dalam diam padamu. Dan semua itu, tak lagi cuma aku.
Maaf jika aku begitu berlebihan. Bukan aku tidak suka, aku hanya cemburu. Aku ingin bisa dekat dan bercengkrama denganmu seperti dulu. Tapi tak bisa. Kita saling asing semenjak hari itu.
Berpura-pura menjadi teman biasa pun tak mudah untukku. Aku tak selalu berhasil. Terlebih jika ku baca sajak-sajakmu. Terlalu percaya dirikah aku, jika aku menebak setiap bait yang tertulis itu untukku?
Kadang, ingin rasanya aku menghilang dari radarmu. Sesekali aku berhasil, selebihnya aku tak kuasa. Aku merindumu saat ini.
Sebenarnya, perpisahan kita bukan karena saling tak suka. Tapi untuk saling menjaga. Aku tak menyesal melakukannya, namun bukan berarti aku bisa secepat itu. Membuatmu kembali menjadi teman biasa, setelah beberapa lama menjadi yang teristimewa.
Sungguh tak mudah bagiku, menghentikan segala khayalan gila. Jika kau ada dan ku cuma bisa meradang menjadi yang di sisimu. - Tahu Diri, Maudy Ayunda.
Dan, upayaku tahu diri ...
Saidah
Maafkan aku..
BalasHapus