Panggung Sandiwara

on
5/15/2015


Dunia ini penuh peranan. Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan. Mengapa kita bersandiwara?
Sepenggal lirik lagu ini mengingatkan saya sama hakikat hidup ini sesungguhnya. Bahwa kita adalah pemeran utama dalam hidup kita. Dan tentu saja Allah - lah sang penulis skenario dan sutradara. Kita berada dalam arahan-Nya. Sudah sepatutnya kita mengikuti alur cerita yang sudah dituliskan-Nya. Bukankah tugas kita hanya taat?

Bicara soal sandiwara atau seni peran, saya jadi ingat tentang cita-cita saya yang ingin jadi aktris. Ketertarikan saya sama dunia seni peran ini sebenarnya berawal dari kegilaan saya berkhayal. Saya suka banget berkhayal. Saya bisa menciptakan dunia saya sendiri. Dimana saya bebas jadi siapapun yang saya mau. Yang mungkin akan dianggap 'aneh' sama orang lain. Itulah yang bikin saya bercita-cita jadi aktris. Supaya saya gak dianggap aneh lagi ngomong sendirian. Sebab, sebenearnya yang saya butuh adalah 'panggung'.

Ada beberapa aktor dan aktris yang membuat saya terkagum-kagum dengan talenta mereka. Salah satunya adalah Alm. Didi Petet yang hari ini (Jumat, 15 Mei 2015) berpulang ke rahmatullah. Saya gak kenal beliau secara personal, saya juga bukan fans fanatik beliau, tapi saya orang yang sangat terinspirasi oleh beliau melalui karyanya.

Sejujurnya, saya tidak selalu mengikuti perkembangan tentang beliau. Tentang film apa saja yang beliau bintangi dan lain-lainnya. Namun karya terakhir beliau yang saya tidak pernah absen menonton bahkan sangat menunggu sesion selanjutnya-lah yang membuat saya benar-benar merasa kehilangan sosok Om Didi. Perannya sebagai Kang Bahar, sosok yang disegani oleh warga Bandung. Mulai dari rakyat kecil sampai walikota Bandung. Kang Bahar yang sangat tegas dan to the point. Yang apapun perintahnya pasti dilaksanakan oleh anak buahnya. Sosok yang kurang taat beragama, namun kecintaannya terhadap sang istri kadang tetap membuat iri para wanita.

Alm. Om Didi begitu menjiwai perannya di sinetron Preman Pensiun. Yang terkadang membuat saya benar-benar lupa bahwa yang saya tonton hanyalah fiktif belaka, bukan kehidupan sebenarnya dari seorang Om Didi Petet. Om Didi sangat apik mengemas sinetron komedi ini tidak hanya sekedar membuat penonton tertawa, tetapi juga membuat penonton termenung karena sarat makna.

Saya mungkin terlambat karena belum pernah sekalipun bertemu dengan beliau yang begitu menginspirasi saya untuk segera berkarya nyata. Keinginan untuk tatap muka dan belajar banyak dari beliau telah ada dari dulu namun belum terlaksana hingga akhirnya beliau pergi meninggalkan dunia.

Saya hanya bisa berdoa untuk Om Didi. Saya yakin sekali Om Didi adalah orang yang baik. Semoga segala amal ibadah Om diterima Allah swt.

Tulisan ini hanya untuk memberikan apresiasi saya untuk seseorang yang memberikan saya inspirasi. Meskipun Om Didi telah pulang ke haribaan Sang Pencipta, namun karya-karya Om Didi tetap tinggal di hati kami.

Om Didi bukan hanya aktor terbaik yang dimiliki Indonesia, namun juga aktor terbaik yang sangat disayangi Sang Sutradara, Allah swt.
"Akting itu bukan hanya penopang hidup. Namun juga sekolah kehidupan" - Didi Petet

I'll be miss you, Om Didi Petet. Terima kasih telah menginspirasi. Semoga yang muda mampu meneruskan perjuanganmu berprestasi. Semoga saya mampu.

Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah terbaca.



Saidah
Be First to Post Comment !
Posting Komentar