Dania, gadis kecil berusia empat tahun tengah bermain bersama bonekanya di ruang keluarga. Dari kejauhan, ia menatap ibunya yang sedang menjemur pakaian di halaman rumah. Dania berlari memeluk ibunya, ia bosan.
"Ibu, aku bosan bermain boneka terus. Aku ingin yang lain, Bu."
Ibu menjeda aktivitasnya, ia berbalik arah menatap Dania. Dibelainya rambut si kecil yang mulai lebat.
"Dania mau main apa sayang? Mau main masak-masakan sama ibu?" Dania menggelengkan kepalanya.
"Gak mau. Dania juga bosan main masak-masakan. Kemarin kita sudah main itu,Bu."
Ibu tersenyum melihat tingkah gadis kecilnya. Dicubitnya kedua pipi Dania, gemas. Dania kini mulai pandai menjawab dan bertanya.
"Dania mau main apa dong? Mau main dokter-dokteran? Ibu jadi pasiennya ya?"
Seketika Dania menggeleng lagi.
"Gak mau, Bu. Dania juga bosan main dokter-dokteran. Memangnya ibu gak bosan?"
"Ibu gak pernah bosan main sama Dania"
"Kenapa ibu gak bosan? Kalau masak sama cuci baju, ibu bosan gak?"
Ibu tersenyum mendengar pertanyaan Dania, "Engga sayang. Ibu gak bosan. Itu kan sudah tugas Ibu. Main sama Dania, masak buat Dania sama ayah, cuci bajunya Dania sama ayah. Ibu gak bosan, ibu malah seneng bangeeeet."
"Tapi bu," raut wajah Dania terlihat berpikir. "Tapi, kenapa ibunya Silla gak seperti ibu. Yang masak dan cuci bajunya Silla itu Bibinya, bukan ibunya. Itu artinya ibunya Silla gak seneng ya bu?" Dania melanjutkan.
Ibu tersenyum, bingung. Ibu harus memilah milih kata yang baik agar mampu dimengerti dengan baik oleh Dania.
"Terus bu," Dania ingin melanjutkan ceritanya. "Dania kan pernah tanya sama Bibinya Silla, kenapa yang masak dan cuci bukan ibu Silla. Kata Bibi itu bukan tugas ibunya Silla, itu tugas Bibi. Jadi yang bener itu tugas ibu atau bibi, Bu? Dania bingung."
Ibu juga terlihat semakin bingung bagaimana ia harus menjelaskan pada Dania.
"Hmm, ibu boleh tanya sama Dania?"
"Boleh."
"Dania suka gak masakan ibu? Dania suka gak bajunya dicuciin sama ibu? Dania suka gak main sama ibu?"
"Suka dong Bu."
"Dania bosan gak kalau yang masakin ibu?"
"Hmm, kadang-kadang Dania mau makan di restoran sama ayah sama ibu."
Ibu tersenyum mendengar jawaban Dania, "Tapi Dania suka kan masakan ibu? Kenapa suka?"
"Soalnya masakan ibu enak. Dania suka.
"Alhamdulillah kalau Dania suka. Ibu jadi makin seneng dan semangat masak buat Dania."
"Tapi Bu?"
"Apa sayang?"
"Tapi kenapa bukan ibunya Silla tapi Bibinya, Bu?"
"Hmm, iya ya kenapa ya? Kita buat teka teki aja yuk? Dania mau main teka teki sama ibu?"
Dania mengangguk cepat.
"Oke. Kita main teka teki. Nanti hadiahnya ibu kita jalan-jalan. Dania mau?"
Dani mengangguk lagi.
"Sekarang, ibu lanjutin jemur baju dulu ya sayang? Dania main sama minnie mickey dulu ya."
"Iya bu." Dania mengecup kening ibu kemudian lari masuk ke dalam rumah, bermain dengan boneka kesayangannya.
Ibu semakin gelisah. Ia tidak ingin gagal menjawab pertanyaan Dania. Ia tidak ingin Dania seperti ia dulu. Tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya dan terkunci dalam pemikiran yang keliru.
Ia masih ingat, dulu saat dirinya masih kecil, ia pun pernah bertanya pada ibunya tentang hal ini. Namun tidak pernah mendapat jawaban, mungkin dulu ibunya pun sama bingungnya dengan ia saat ini. Sambil terus menjemur pakaian, ibu kembali berpikir. Mengapa? Dan kenapa? Semoga ia segera bertemu jawabannya.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar